Harmonisasi Alam dan Manusia di Desa Pemuteran

Novani Nugrahani

Editor

Harmonisasi Alam dan Manusia di Desa Pemuteran
Harmonisasi Alam dan Manusia di Desa Pemuteran

Intisari-Online.com - Nyegara gunung, konsep spiritual masyarakat Bali tentang keterhubungan energi antara laut dan gunung ini telah diyakini sebagai pembawa berkah dan keberuntungan bagi penduduk Desa Pemuteran. Desa nun di utara Pulau Dewata ini memiliki pantai berpasir hitam dengan tiga teluk di pesisirnya serta perairan yang tenang. Hal ini membuat Desa Pemuteran menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan asing yang datang berkunjung ke Bali.

Namun, siapa sangka perjalanan Desa Pemuteran untuk menjadi destinasi wisata ternyata tak seindah yang kita saksikan saat ini. Dahulu, Desa Pemuteran jauh dari kata indah. Alamnya tandus dan tak terawat. Terumbu karang di perairan Teluk Pemuteran juga banyak yang hancur akibat ketidaktahuan penduduk desa yang mayoritas bekerja sebagai nelayan tentang pentingnya konservasi terumbu karang. Akibatnya, tangkapan ikan menurun dan masyarakat Desa Pemuteran terpaksa hidup dalam kemiskinan.

Lalu perlahan semua itu berubah. Adalah I Gusti Agung Prana, kini ketua Yayasan Karang Lestari, yang sedikit demi sedikit membawa perubahan dalam kehidupan penduduk Desa Pemuteran. “Apa yang kami dapatkan saat ini melalui proses panjang dan tidak mudah. Saya tak hanya berhadapan dengan kondisi teluk yang rusak parah, tetapi juga berupaya mendidik masyarakat desa agar sadar lingkungan dan pada akhirnya memecahkan persoalan kemiskinan,” tutur priaBaliberusia 64 tahun ini penuh semangat.

Upaya Agung tak sia-sia. Setelah melewati dua dasawarsa, kegigihan serta kepercayaannya terhadap masyarakat Desa Pemuteran telah berbuah hasil. Pada bulan Juni 2012, Yayasan Karang Lestari meraih dua penghargaan, yakni The Equator Prize dan UNDP Special Award, dari Badan PBB yang bergerak di bidang pembangunan (United Nations Development Programme). Desa Pemuteran berhasil menjadi salah satu dari 10 penerima penghargaan yang berhasil menyisihkan 812 nominasi dari 113 negara. Sebuah prestasi yang layak dibanggakan.

Upaya Agung itu tentu tak mungkin terjadi tanpa dukungan masyarakat serta segenap perangkat Desa Pemuteran. Untuk mengawasi dan menjaga kondisi terumbu karang di perairan Teluk Pemuteran, saat ini Desa Pemuteran membentuk Pecalang Segara atau Pengawas laut yang anggotanya tak lain adalah masyarakat setempat. Dalam mengelola penginapan dan pariwisata, Desa Pemuteran juga sepenuhnya melibatkan masyarakat setempat. Sebagian besar karyawan yang bekerja di resor milik Agung adalah penduduk Desa Pemuteran. Beberapa dari mereka dibiayai Agung bersekolah pariwisata dan ilmunya dibagi-bagi sepulang mereka menyelesaikan studi.

Dalam melestarikan terumbu karang, Desa Pemuteran menerapkan teknologi yang disebut dengan Biorock. Teknologi temuan peneliti asal Jerman ini terbukti mampu mempercepat pertumbuhan terumbu karang hingga enam kali lipat dari kecepatan normal. Keberhasilan ini pula yang membawa Desa Pemuteran mendapatkan penghargaan Kalpataru tahun 2005 lalu. Harmonisasi antara alam dan manusia yang menjadi bagian dari alam membuat Desa Pemuteran menjadi ikon pembangunan pariwisata berkelanjutan yang patut ditiru.

Apa yang kita ambil dari alam harus kita kembalikan lagi ke alam agar terus dapat diambil manfaatnya. Seperti nama Desa Pemuteran sendiri yang mempunyai makna kembali.