Menulis semboyan, harapan dan protes di atas dinding bangunan atau pagar ternyata juga bukan barang baru. Permulaan tahun Masehi praktek itu juga sudah banyak dilakukan. Tidak ada tempat di dunia di mana orang lebih suka membuat corat-coret di tempat umum seperti di Pompeyi.
Ada banyak pengumuman yang ditulis di lapangan-lapangan umum. Entah dengan cara menulis dengan cat di atas dinding atau menggoresnya dengan benda tajam. Dari situ orang bisa mengetahui kehidupan di kota provinsi yang makmur itu.
Di atas sebuah bekas rumah minum tertulis: "Selamat datang. Kami peminum yang baik hati. Kalau Anda datang kami akan memberi gratis."
Seorang langganan yang kurang puas menulis : "Pemilik tempat minum kurang ajar. Dia menjual air sebagai anggur dan dia sendiri minum anggur murni." Di dinding lain tercantum pesan yang lebih romantis: "Di sini pernah berada Romula dan Staphyclus."
Baca juga: 7 Desa Ini Tersembunyi di Tempat yang Tak Terbayangkan, Salah Satunya Ada di Kawah Gunung Berapi
Pasangan merpati lain menulis : "Orang tidak mungkin melarang angin menghembus atau air berhenti mengalir seperti juga tidak bisa melarang orang saling mencintai.
Juga corat-coret dalam toilet ditemukan di Pompeyi. Di situ ada orang yang menulis : "Luciana betul-betul bahenol." Selain itu masih ada banyak tulisan yang kurang senonoh. Gambar-gambar fresco di dinding juga tidak selalu terlalu suci.
Seorang rekan wanita pernah menceritakan pengalamannya kira-kira sepuluh tahun yang lalu ketika ia ikut tour ke Pompeyi. Entah apa yang diperlihatkan oleh pramuwisata kepada pengikut tour pria. Mereka diajak ke sebuah kotak di dinding lalu kembali tertawa-tawa.
Sayang hak istimewa itu hanya diperuntukkan bagi kaum pria. Entah apakah sampai sekarang masih ada diskriminasi seperti itu. Namun menurut seorang pria yang sudah mengintip, apa yang dilihat itu biasa-biasa saja, tanpa menyebut apa.
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 1980)
Baca juga: Setiap Tahunnya Gunung Berapi Membunuh 540 Orang, yang Paling Mematikan Ternyata Ada di Indonesia
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR