Intisari-Online.com -Pengawasan pemilihan umum harus melibatkan semua lapisan masyarakat, tak terkecuali pemuda. Sebanyak 59,2 juta dari 185 juta pemilih terdaftar merupakan pemilih muda, yang suaranya diperkirakan dapat menentukan 100 kursi di DPR.
Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia Dadang Tri Sasongko dalam acara ”Deklarasi Masyarakat Sipil Pemantau Pemilu: Kami Mengawasi”, Minggu (16/3), di Jakarta.
Dalam acara tersebut hadir pula Indonesia Corruption Watch (ICW), Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Migrant Care, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia, Asia Foundation, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR), Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), serta Ilab.
Lembaga-lembaga itu menyerukan lima sikap yang intinya menginginkan pelaksanaan kampanye pemilu yang sehat, jujur, dan bersih. Tak hanya itu, mereka juga mengajak semua lapisan masyarakat, tak terkecuali pemilih muda, untuk ikut serta dalam proses pengawasan pemilu.
Dadang menambahkan, peran pemilih muda diperlukan mengingat model pengawasan pemilu saat ini berbeda dengan periode sebelumnya.
”Model pengawasan pemilu saat ini mayoritas berbasis teknologi komunikasi dan kehidupan pemuda erat dengan teknologi. Ini adalah peluang. Apalagi, kita bisa melihat berapa jumlah daftar pemilih tetap yang berasal dari kalangan pemuda,” ujar Dadang.
Abdullah Dahlan dari Divisi Politik ICW menilai bahwa pengawasan berbasis teknologi bisa digunakan oleh pemilih muda untuk mengkritisi kinerja calon anggota legislatif petahana.
”Sebagian besar pemilih muda adalah yang belum dipengaruhi isu-isu politik. Dengan adanya teknologi informasi, mereka bisa turut serta memilah agenda dan rekam jejak calon legislatif incumbent (petahana),” ujar Abdullah.
Deputi Direktur Perludem Veri Junaidi mengatakan, setelah mengetahui agenda dan rekam jejak calon petahana itu, pemilih muda bisa mengecek program- program apa saja yang sudah dijalankan calon petahana itu.
”Para pemilih muda harus skeptis dalam membaca informasi, apakah calon incumbent sekadar memberikan janji atau tidak. Kalau ya, jangan dipilih lagi,” ujar Veri.
Pemilih muda bisa memilih calon legislator baru. ”Dengan begitu, pemilih muda bisa mendorong tingkat elektabilitas sekitar 9,5 persen calon legislatif baru yang biasanya kalah suara dan modal,” kata Veri.
Beragam itus info caleg
Direktur Ilab Nanang Syaifudin menyebutkan beberapa situs web yang bisa digunakan pemilih muda untuk mengakses informasi caleg, yaitu checkyourcandidates.org, politikuang.net, @jariungu, pantaupemilu.or.id, dan matamassa.org.
”Model pengawasan matamassa.org merupakan salah satu website yang bisa digunakan pemilih muda untuk melakukan pengawasan,” kata Nanang.
Pengawasan itu bisa dimulai dari melihat pelanggaran sederhana yang dilakukan calon legislator, misalnya pemasangan poster di pohon, alat peraga di luar ketentuan KPU, dan ukuran alat peraga yang menyalahi ketentuan.
Nanang mencatat, 220 orang sudah tergabung di matamassa.org dan 80 persen di antaranya pemilih muda dengan usia kurang dari 25 tahun.
”Secara berkala, mereka melaporkan pelanggaran-pelanggaran kampanye. Saya bilang kepada mereka, pengawasan bisa dilakukan kapan saja, bisa saat berangkat sekolah dan berlibur,” ujar Nanang. (Kompas)