Intisari-Online.com – Pepatah lama menyebut, jangan menilai buku dari sampulnya. Idealnya itu merupakan nasihat untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata. Tapi kadang itu bisa benar-benar terjadi pada buku. Misalnya,The Bell Jarkarya Sylvia Plath yang dikritik karena sampulnya. Kini, dunia buku seakan balas dendam. Ada buku yang sebaliknya, bisa menghakimi pembaca. Seniman Thijs Biersteker menciptakan sampul buku yang hanya bisa terbuka jika pembacanya menampilkan wajah yang tidak menghakimi. Saat pembaca menampilkan wajah netral, sketsa wajah di sampul buku akan berubah warna menjadi hijau. Buku itu pun kemudian terbuka. Namun jika ekspresi wajah terlalu bersemangat atau tidak yakin, sketsanya menjadi merah dan buku tidak dapat dibuka. Anda tak bisa membacanya. Ada kamera dan pengenal wajah yang terintegrasi dalam buku itu. Sistem itu bisa memindai wajah pembaca, dan merekam ekspresinya. Ketika ekspresi pembaca netral, kunci yang terdapat di bagian bawah buku akan langsung terbuka mudah. "Tujuan saya adalah menciptakan sampul buku yang berteknologi tinggi. Jika Anda mendekati buku, menunjukkan wajah terlaku bersemangat atau skeptis, bukunya akan tetap terkunci," tulis Biersteker menerangkan dalam situsnya, seperti yang dikutip oleh The Guardian. "Tapi jika ekspresi Anda netral (tidak menghakimi) sistem akan mengirim getaran dan buku terbuka dengan sendirinya. Saya sering khawatir tentang sikap skeptis, penghakiman, dan ketakjuban saya. Penghakiman seharusnya tidak pernah mengganggu antusiasme yang keras untuk melihat hal baru pertama kalinya." Apa yang dibuat Biersteker merupakan salah satu inovasi unik di bidang perbukuan. Sebelumnya, penulis James Patterson mengeluarkan novel yang bisa meledak dalam 24 jam setelah pembaca membukanya, selesai atau tidak selesai dibaca. Selain itu, ada pula inovasi buku yang bisa 'dikenakan' seperti pakaian. Buku itu dilengkapi sistem sensor agar pembaca bisa merasa seperti apa yang dirasakan tokoh karakter, yang dibuat MIT Media Laboratory. (cnnindonesia)