Intisari-Online.com - Masjid Faisal merupakan masjid terbesar di Pakistan, terletak di Islamabad. Selesai dibangun tahun 1986, masjid ini dirancang oleh arsitek Turki Vedat Dalokay dengan mengambil bentuk tenda Suku Bedouin, suku pengembara di padang pasir Arab.
Lokasi masjid terletak di ujung utara Jalan Faisal, menjadikannya sebagai bangunan paling utara di kota dan berada di bawah Bukit Margala. Lokasi ini mewakili keagungan masjid dan bisa dilihat dari jauh pada siang dan malam hari.
Masjid Faisal ditetapkan sebagai Masjid Nasional Pakistan. Diberi nama Faisal karena pembangunan masjid ini didukung dan didanai oleh Raja Faisal bin Abdul-Aziz (alm) dari Arab Saudi.
Sampai tahun 1993, masjid ini memegang gelar sebagai masjid terbesar di dunia sejak tahun 1986. Setelah berdirinya Masjid Hassan II di Kasablanka Maroko, gelar itu berpindah. Sampai saat ini Masjid Faisal masih menjadi masjid terbesar di Asia Selatan.
Sejarah masjid ini bermula tahun 1966 ketika Raja Faisal bin Abdul-Aziz mendukung inisiatif Pemerintah Pakistan untuk membangun masjid nasional di Islamabad selama kunjungan kenegaraan Raja Faisal di Pakistan. Tahun 1969 lalu diadakan sayembara internasional merancang masjid yang diikuti oleh arsitek dari 17 negara. Ada 43 proposal rancangan yang masuk dan akhirnya dipilih rancangan arsitek Turki.
Pembangunan konstruksi dimulai tahun 1976 oleh kontraktor nasional Pakistan dipimpin Azim Khan dan didanai oleh pemerintah Arab Saudi. Total dana sekitar AS$120 juta (sekitar Rp1 triliun). Untuk itulah nama masjid ini – dan juga jalan yang menuju ke masjid – diambil dari nama Raja Faisal yang meninggal akibat pembunuhan pada 25 Maret 1975. Masjid selesai tahun 1986 dan digunakan sebagai “rumah” bagi Universitas Islam Internasional.
Pada awal pembangunan, banyak umat muslim mengritik bangunan ini. Terutama pada bentuk kubah yang tidak mengikuti pakem kubah masjid tradisional. Namun kritikan itu memudar seiring selesainya proses pembangunan keseluruhan masjid, serta posisinya yang berada di bawah Bukit Margala.
Modern dan unik
Vedat Dalokay bukanlah arsitek sembarangan. Atas upayanya itu ia memenangkan Aga Khan Award untuk bidang arsitektur. Rancangan bangunan masjid yang menggabungkan modernitas dan keunikan itu berangkat dari sejarah panjang arsitektur Islam di Asia Selatan.
Kubah tradisional digantikan oleh bentuk tenda Suku Bedouin dengan ruang sembahyang besar berbentuk segitiga serta empat menara. Begitu juga dengan bentuk bangunannya, merupakan kombinasi tenda Suku Bedouin dan bentuk kotak Kabah di Mekah. Selain tanpa kubah, menaranya pun agak unik, yang diambil dari tradisi Turki: kurus dan seperti pensil.
Sang arsitek mencoba menangkap semangat, perbandingan, dan geometri dari Kabah dalam gaya yang benar-benar abstrak. Kita bisa membayangkan puncak keempat menara sebagai letupan skala dari empat sudut tertinggi dari Kabah – hingga bentuk tak terlihat Kabah dibatasi oleh menara-menara itu di setiap sudutnya dalam proporsi dari atas sampai bawah. Maka, Masjid Faisal berkaitan erat dengan Kabah.
Pintu masuk masjid ini ada di sisi timur, sementara ruang sembahyang berhadapan dengan halaman masjid dengan serambi-serambi bertiangnya. Awalnya, Universitas Islam Internasional berada di bawah halaman utama masjid. Kemudian dipindah ke bangunan baru. Masjid masih menjadi “rumah” bagi perpustakaan, ruang sidang, museum, dan kafe bagi universitas. Interior ruang utama dipenuhi marmer putih dan dihiasi mosaik serta kaligrafi dari seniman terkenal Pakistan Sadequain.
Masjid Faisal meliputi area seluas 5.000 meter persegi dan bisa menampung sekitar 10 ribu jemaah di ruang sembahyang utama serta 24 ribu jemaah di serambi plus 40 ribu di halaman masjid. Jika kurang, sekitar 200 ribu jemaah masih bisa ditampung di tanah lapang yang berdampingan dengan masjid.