Intisari-Online.com - Perang saudara telah meluluhlantakkan Somalia. Negara yang ada di Afrika Timur, tepatnya tanduk Afrika ini, juga sempat didera kelaparan serta kemiskinan. Namun, negara yang dulu bernama Republik Demokratik Somalia bertekad bangkit. Salah satunya dengan menggalakkan pendidikan.
Baru-baru ini, pemerintah Somalia telah meluncurkan kampanye dengan tujuan menyekolahkan satu juta anak Somalia dalam program Go 2 School. Pemerintah Somalia tidak sendiri. PBB yang diwakili oleh UNICEF menjadi salah satu pendukung utama program jangka panjang ini. Program ini rencananya akan diselenggarakan selama tiga tahun dengan tujuan memberi kesempatan belajar kepada seperempat jumlah pemuda yang tak terjangkau sistem pendidikan yang ada di Somalia.
Kampanye Go 2 School diperkirakan menelan biaya sebesar 117 juta dolar Amerika. Biaya sebesar ini digunakan untuk pembangunan serta peremajaan gedung sekolah yang rusak, perekrutan, serta pengadaan pelatihan bagi guru. Karena objeknya adalah anak-anak muda, pelatihan keterampilan juga ditujukan buat mereka.
Tidak banyak yang tahu, Somalia adalah salah satu negara dengan jumlah pendaftaran sekolah terendah di dunia. Dari sepuluh anak muda Somalia, paling-paling yang memutuskan untuk melanjutkan sekolah hanya empat. Ironis.
UNICEF, sebagai salah satu pemrakarsa pendidikan di Somalia menegaskan, masa depan Somalia akan ditentukan oleh pendidikan yang bermutu. Proyek ini akan menjadi obat pemulih paling mujarab bagi Somalia menghadapi trauma perang saudara yang tak berujung.
Kampanye pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah Somalia sejatinya telah dilakukan jauh-jauh hari. Jauh sebelum program Go 2 School diluncurkan.
Awal September 2013 misalnya, juara Olimpiade berdarah Somalia, Mo Farah, didatangkan secara khusus ke Somalia. Dengan prestasinya, Mo diharapkan bisa memompa semangat anak muda Somalia melalui semangat serta dedikasi, khususunya dalam bidang pendidikan. (BBC & The Guardian)