Ketika "Total Footbal"l Berlaku untuk Menekan AKI

Moh Habib Asyhad

Editor

Ketika
Ketika

Intisari-Online.com -Bagi para penggila olahraga sepakbola pasti tidak asing dengan istilah total football. Mazhab sepakbola menyerang yang dipopulerkan oleh Rinus Michels, yang sukses membawa Belanda juara Eropa pada 1988. Tapi bagaimana jika total football diterapkan dalam bidang kesehatan?

“Kami menggunakan pendekatan total football mulai di sektor hulu, yaitu daerah-daerah di provinsi dan kabupaten yang memiliki kasus AKI (angka kematian ibu) masih tinggi. Dalam hal ini, penting memperhatikan kesehatan remaja perempuan dan calon ibu melahirkan,” ujar Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, awal Oktober lalu.

Secara khusus, pendekatan ini merupakan upaya pencegahan AKI yang terintegrasi dengan program KB. Daerah-daerah rawan terjadi kematian biu menjadi sasaran utama pendekatan ini.

Pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, terdapat 359 AKI per 100.000 kelahiran hidu, naik dari 228 AKI per 100.000 kelahiran hidup pada 2007. Kenyataan ini semakin menjauhkan Indonesia dari target MDG 2015, yaitu 102 AKI per 100.000 kelahiran hidup. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk menekan angka yang terus melambung ini.

Untuk menunjang kesuksesan pendekatan ini, Menteri Kesehatan mengharapkan data yang akurat dan detail mengenai daerah rawan AKI. Salah satunya adalah data registrasi vital yang dikeluarkan oleh Kementerian Dalam Negeri. Registrasi vita sendiri bersifat lebih kompleks dari sensus biasa, ia merupakan data riil berupa catatan setiap kejidian vital pada penduduk.

Jika memang yang ditekankan adalah data registrasi vital yang detail, maka diperlukan pelatihan ulang kepada petugas puskesmas yang tersebar di daerah-daerah. Tujuanya semata-mata agar lebih tanggap menangani calon ibu yang mempunyai resiko tinggi kematian saat kehamilan.

Pendekatan total football yang menyeluruh juga menyasar kasus-kasu pernikahan dini, menekan agar tidak hamil terlalu muda ataupun terlalu muda, mendorong jeda kehamilan, dan membatasi jumlah anak. Tujuannya adalah mengurangi resiko komplikasi kehamilan.

Agar tidak hanya menjadi wacana belaka, aturan ini ssecara tersurat tertuang dalam Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu (RAN PPAKI) Indonesia 2013-2015. (Kompas)