Bencana erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara mengingatkan kita akan bencana serupa yang sering terjadi di Gunung Merapi, di Daerah Istimewa Yogyakarta. Bukan hanya karena letusannya mengeluarkan abu vulkanik sehingga menimbulkan kerugian harta benda, namun juga munculnya awan panas yang sewaktu-waktu mengancam manusia di sekitar lereng gunung tersebut. Awan panas Gunung Sinabung sendiri yang turun 1 Februari 2014 bahkan sudah menewaskan 15 orang.
Bila dilihat fenomenanya, awan panas yang muncul di Sinabung memang mirip dengan yang terjadi di Merapi. Meski menurut beberapa pengamat, sebenarnya awan panas di Sinabung ini belum sedahsyat yang muncul di Merapi.
Seringnya pemunculan awan panas di Merapi bahkan sudah melahirkan istilah sendiri di kalangan penduduk sekitar yakni wedhus gembel atau berarti domba. Istilah itu konon muncul karena awan panas tersebut bentuknya seperti bulu-bulu domba. Namun apa sesungguhnya awan panas itu?
Secara singkat bisa dijelaskan, awan panas atau pyroclastic merupakan hasil letusan yang bergulung seperti awan. Di dalam letusan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat. Suhunya konon bisa mencapai lebih dari 600°C. Namun yang lebih menyeramkan, awan panas ini bisa turun dari puncak gunung dengan kecepatan di atas 100 km/jam. Dengan suhu dan kecepatan seperti itu, tentu saja nyaris mustahil manusia yang terkena terjangannya akan selamat.
Seperti dikataan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, adanya korban tewas di lereng Sinabung beberapa waktu lalu akibat mereka tidak bisa lari menghindar. “Jaraknya 3 km dari puncak, sementara kecepatan awan panas 600-700 km per jam. Kesempatan untuk menyelamatkan diri hanya 2-3 menit saja, berlari kalah cepat dengan awan panas," kataSutopo di Kantor BNBP, Minggu (2/2), seperti dikutip Kompas.com.
Meski BNPB sudah melakukan sosialisasi melalui berbagai pemberitahuan serta penjagaan, namun tetap saja ada penduduk yang berusaha masuk ke daerah rawan dalam jarak 5 km dari puncak. Sampai saat ini bahkan diperkirakan masih ada beberapa orang yang berada di daerah bahaya tersebut karena sebelumnya masuk melalui jalan-jalan sempit.