Intisari-Online.com -Istilah yang sering muncul mengiringi peristiwa gunung meletus adalah “lahar dingin”. Lahar dingin Merapi, lahar dingin Semeru, lahar dingin Sinabung, atau sekarang lahar dingin Kelud yang dihasilkan oleh erupsi Gunung Kelud yang berada di perbatasan Kabupaten Malang, Blitar, dan Kediri.
Siapa sangka, istilah 'lahar dingin' ternyata salah kaprah. Melalui laman Facebook-nya, Selasa Malam (18/2), Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Surono, kembali mengingatkan khalayak mengenai ada-tidaknya istilah tersebut.
Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Badan Geologi yang pada 2007 memantau langsung geliat Gunung Kelud ini menegaskan, hanya ada istilah "lahar letusan" dan "lahar hujan" dalam kamus letusan gunung. Berikut penjelasan yang ditulis pria yang kerap dipanggil Mbak Rono itu:
"... ijin berbagi info, "lahar" yg merupakan asal Indonesia telah diadopsi secara internasional. Ahli2 gunungapi dunia telah menggunakan "lahar" dalam makalah2 ilmiah. Lahar adalah sdh diadopsi scr internasional.
Masa kita yg melahirkan kata "lahar" tdk mengetahui "lahar letusan" dan "lahar hujan". Mungkinkah kita yg menciptakan kata lahar scr internasional tdk dpt bedakan "lahar hujan" dan "lahar letusan"? Semua bergantung pada kita sbg sumber asal kata lahar sbg istilah internasional..."
Secara sederhana, lahar letusan adalah material vulkanik yang dilontarkan saat gunung meletus. Adapun lahar hujan adalah lahar letusan yang menumpuk di sekitar kawah gunung yang kemudian dialirkan oleh hujan. Beberapa jam sebelum teguran soal asal kata "lahar" tersebut, Surono juga mengunggah di laman Facebook-nya itu soal definisi dari lahar hujan dan lahar letusan.
Menurut Surono, lahar letusan adalah lahar hasil letusan gunung api yang menyemburkan air dalam kawahnya, bercampur dengan abu, kerikil, batu, dan material lain. Lahar letusan terjadi saat gunung api yang memiliki danau kawah meletus. "Lahar letusan pasti panas," tulis dia.
Sementara lahar hujan adalah lahar yang disebabkan oleh bercampurnya air hujan dengan material letusan berupa batu, abu, dan material lainnya, yang kemudian bergerak mengikuti alur lembah atau sungai yang berhulu di gunung itu.
Surono mengatakan, lahar hujan bisa panas ketika material yang mengalir bersamanya berasal dari awan panas. Bisa juga, kata dia, lahar hujan dingin ketika tak ada material dari awan panas.(Palupi Anisa Auliani|kompas.com)