Intisari-Online.com -Saat menghidupkan mesin, pesawat secara otomatis akan mengirimkan sebuah sinyal ke jaringan komunikasi. Setelah itu, stasiun di darat mengirimkan sinyal ke satelit, yang meneruskannya ke pesawat. Ketika pesawat merespon, hal itu dikenal dengan istilah handshake. Informasi yang disampaikan selama handshake itu sangat terbatas, tetapi berisi kode identifikasi unik untuk mencari identitas pesawat.
Tujuan handshake per jam adalah untuk memungkinkan satelit mengetahui perkiraan lokasi pesawat sehingga dapat menyampaikan pesan secara efisien. Untuk itu, satelit perlu mengetahui sudut (angle) pesawat dari satelit. Sebuah pesawat yang langsung berada di bawah satelit akan berada di sudut 90 derajat ke satelit. Sementara pesawat yang terbang di kutub akan berada di sudut 0 derajat ke satelit.
Dalam kasus Malaysia Airlines MH370, pihak berwenang mengatakan, pesan terakhir dikirim di posisi 40 derajat.
Para penyelidik, dengan bantuan para ahli satelit, telah menggunakan informasi itu untuk menentukan kemungkinan lokasi dari pesawat yang hilang tersebut.
"Kami tengah berusaha untuk mendapatkan kecepatan pesawat dan bagaimana menafsirkannya," kata seorang pejabat AS kepada wartawan. Pria ini juga menambahkan "Ini sebuah teknologi baru bagi kami. Kami tidak pernah harus menggunakan handshaking satelit sebagai kemungkinan sumber informasi terbaik."(Baca juga NASA Turun Tangan Bantu Pencarian Malaysia Airlines)
Sebuah handshake yang lengkap juga menunjukkan pesawat itu masih berfungsi karena pesawat membutuhkan daya listrik untuk mengirim sinyal balik. Sinyal balik dari sebuah pesawat merupakan pengakuan bahwa, "Ya, saya masih di sini," kata David Coiley, seorang pakar di Inmarsat. (Egidius Patnistik|kompas.com)