Helium, Pemanas Sekaligus Pendingin Alam Semesta

Moh Habib Asyhad

Editor

Helium, Pemanas Sekaligus Pendingin Alam Semesta
Helium, Pemanas Sekaligus Pendingin Alam Semesta

Intisari-Online.com -Tak selamanya suhu alam semesta itu statis. Pada masanya, alam semesta pernah mengalam masa terpanas juga masa terdinginnya. Beberapa ilmuwan dari Swinburne University of Technology, Melbourne, Victoria, Australia, menyebut, musabab utamanya adalah helium.

Sebelumnya, sebuah pertanyaan kerap muncul dari kalangan astronom: kapan suhu alam semesta mencapai puncaknya? Kapan juga pendinginan dimulai?

Dari penelitian yang dilakukan beberapa ilmuwan dari universitas yang berada di Melboure, Victoria, itu menyebut, suhu semesta mencapai puncaknya pada 11 miliar tahun yang lalu. Ketika itu suhu bumi mencapai angka 13.000 derajat celcius.

untuk mengetahui suhu awal alam semesta perlu dipelajari gas-gas yang ada di medium antar-agalaksi. Dari situ didapatkan, pada masa-masa awal, semesta memanas karena galaksi-galaksi mulai lahir dan memanaskan lingkungan sekitarnya.

Tapi sejak 11 miliar tahun yang lalu, “demam” itu sirna dan alam semesta mulai mendingin lagi. "Medium antar-galaksi adalah perekam sejarah semesta yang baik, menyimpan memori peristiwa besar, seperti suhu, komposisi, dan perbedaannya selama evolusi semesta," ujar Elisa Boera, mahasiswa Swinburne Center for Astrophysics and Supercomputing.

Tak hanya masa terpanas, melalui sinar ultraviolet yang berasal dari perkembangan alam semesta para ilmuan juga bisa mengetahui suhu alam semesta pada perkembangan selanjutnya.

"Sinar itu menunjukkan bahwa semesta mendingin sekitar 1.000 derajat celsius dalam 1 miliar tahun setelah mencapai titik tertinggi 13.000 tahun lalu," kata Boera. Seperti dikutip dari NDTV, pendinginan itu terus berlangsung sampai sekarang.(Baca juga: Astronom Temukan Bintang Tertua di Alam Semesta).

Dari situ lantas diketahui penyebab utama pemanasan dan pendinginan bumi: “Kami pikir jawabannya adalah helium,” ujar Michael Murphy dari Swisburne University yang juga terlibat dalam penelitian tersebut, dengan asumsi, 14 persen dari gas antar-galaksi adalah helium. Dan pada akhir 12 miliar tahun yang lalu, gas itu menyerap radiasi dari galaksi, kehilangan elektron dalam prosesnya.

Pada tahap selanjutnya, elektron itulah yang nantinya memanaskan gas, sama halnya ketika karbon dioksida (CO2) membuat bumi semakin panas. Dalam prosesnya, hidrogen terus terionisasi. Semesta juga terus mengembang. Alhasil, alam semesta pun mendingin. (Kompas.com)