Intisari-Online.com – Makanan bisa menjadi senjata baru untuk mengibas efek jetlag setelah dilakukan penelitian pada tikus yang menunjukkan bahwa insulin dilepaskan dari makanan. Ini bisa menjadi faktor kunci dalam mengembalikan jam tubuh yang terganggu.
Miho Sato dan rekan-rekannya di Lembaga Penelitian Studi Waktu di Yamaguchi University di Jepang melakukan percobaan pada tikus dan kultur jaringan untuk menunjukkan, bahwa kenaikan insulin mempengaruhi ritme sirkadian. Ini mempengaruhi ritme harian mengenai kewaspadaan, pola tidur, dan proses fisiologis lainnya.
Jam biologis kita diatur oleh dua faktor utama. Pertama, ritme sentral ulang setiap hari oleh cahaya, sebagai masukan sensorik dari mata yang diproses oleh bagian kecil dari otak yang disebtu suprachiasmatic nucleus. Naik turunnya hormon terkait dengan tidur, misalnya, cocok dengan ritme ini. Tapi ritme sirkadian juga ada di perangkat “jam” dalam berbagai jenis sel dalam tubuh. Beberapa di antaranya dapat dipengaruhi oleh makanan. Makanya, makanan bisa meringankan jetlag yang sering terjadi.
(Baca juga: Cerdas Mengatasi Jetlag)
Sato menunjukkan peran insulin dengan menggeser jam tubuh perifer dalam liver tikus dengan memberi mereka makan hanya pada malam hari. Mereka kemudian membagi tikus menjadi dua kelompok. Satu kelompok diberikan tingkat insulin tinggi, kemudian semua tikus diberi makan siang kembali. Empat hari kemudian, liver tikus yang tidak diberi insulin telah menyesuaikan kembali ke irama normal sehari-hari, sementara liver tikus yang diberi insulin masih belum kembali normal.
Jika jam tubuh manusia mirip dengan tikus tadi, maka penelitian Sato menunjukkan bahwa orang yang menderita jetlag bisa menyesuaikan pola makan mereka untuk mendapatkan irama tubuh mereka normal dengan cepat. Makanan ini bisa meringankan jetlag yang dialami oleh tubuh.
“Selama mengalami jetlag, tubuh beradaptasi dengan sangat lambat. Tapi kita dapat menggunakan pengetahuan dari penelitian ini. Jika Anda terbang dari London ke Jepang, maka Anda memiliki fase delapan jam lebih awal. Dari penelitian dengan menggunakan tikus, maka waktu yang tepat untuk makan lebih banyak adalah pada hari sebelumnya.”
Ahli biologi Urs Albercht di University Fribourg di Swiss menyambut baik penelitian ini. “Dalam tubuh manusia, di mana setiap sel memiliki jam berbeda, konduktor adalah suprachiasmatic nucleus di otak kita. Tapi sinyal lingkungan dari makanan juga berdampak pada pola sirkadian yang tersebar di seluruh tubuh.”
Itulah makanya, mengapa kebiasaan buruk duduk di depan TV sambil ngemil sebelum tidur akan membuat tidur Anda menjadi gelisah, tambah Albrecht. (newscientist)
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR