Termasuk Osama bin Laden dan Abu Musab al Zarqawi, pendiri ISIS.
Osama bin Laden yang tercatat oleh Biro Investigasi Federal (FBI) sebagai "Most Wanted Terrorist" dan nyawanya dihargai 25 juta dollar AS, akhirnya tewas dalam serbuan di kawasan perumahan pribadi Abbottabad, Pakistan, 2 Mei 2011.
Kala itu bertindak sebagai eksekutor adalah personel DEVGRU dan SAD. Lewat pemberitaan media, publik lebih mengenal mereka: Team SEALs Six.
Dari peristiwa penyerbuan ini pula publik AS akhirnya memahami kalau Presiden AS adalah pejabat yang memiliki otoritas memerintah Task Force 88.
Oleh karena perintah berasal langsung dari presiden itulah, manuver mereka tak lagi butuh perizinan dari setiap petinggi di lapangan.
Perintah dari “atas” itu juga memberi keleluasaan untuk meminta dukungan senjata dan personel.
Saat mengeksekusi Osama bin Laden, misalnya, mereka bahkan diperkenankan memakai helikopter siluman yang belum pernah dipakai kesatuan mana pun.
Helikopter ini dikembangkan dari Sikorsky UH-60 Blackhawk.
Apapun itu, pelibatan satuan-satuan atau personel pasukan khusus dalam gugus tugas pemburu teroris tidak hanya didasarkan pada kecakapan memburu, tetapi juga pada pengalaman tempur di lapangan.
Pembentukan Marinir Batalion ke-3, misalnya, didasarkan pada pengalaman tempur dalam Operasi Phantom Fury di Fallujah, Irak (2004).
Bagi militer AS, operasi di kota Fallujah yang terjadi antara 7 November sampai 23 Desember 2004 adalah perang kota terdahsyat yang pernah dialami Marinir AS, setelah perebutan kota Hue di Vietnam pada 1968.
Pasalnya ada kondisi tertentu yang tidak memungkinkan serbuan langsung melalui darat.
Oleh karena itu mereka juga diperkenankan meminta pengerahan pesawat tanpa awak (MQ-1 Predator atau MQ-9 Reaper) yang telah dipersenjatai rudal.
Demi memusnahkan target penting, celakanya, mereka sering tak memperdulikan orang-orang di sekitarnya yang bakal ikut terkena efek ledakan bom.
Akibatnya, misi tempur Task Force 88 kadang-kadang sering mendapat kecaman keras karena dianggap tidak manusiawi.
Source | : | warhistoryonline.com,military.com |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR