Intisari-Online.com - Seorang pria yang bisa tergolong muda buka suara soal ketertarikkannya pada wanita yang telah berusia lanjut, atau bisa jadi seusia dengan neneknya sendiri. Kyle Jones, nama pria tersebut, kini dikenal sebagai pria 31 tahun yang hanya punya hasrat seksual pada nenek-nenek.
Apalagi, selama lima tahun ini, Jones mengaku, hanya mau berkencan dengan wanita dengan usia di atas 60 tahun.
Kyle membeberkan bahwa dirinya pernah terlibat hubungan asmara dengan nenek usia 91 tahun. Pada tayangan televisi bertajuk “My Strange Addiction”, Jones menuturkan alasan mengapa dia tergila-gila dengan nenek-nenek?
“Saya suka dengan segala hal yang ada pada wanita lanjut usia. Saya suka aroma tubuh mereka. Saya suka kondisi mental mereka. Saya suka semuanya,” pungkas Kyle Jones, pria 31 tahun yang hanya punya hasrat seksual pada nenek-nenek, penuh antusias.
“Saya suka wanita lansia yang menggunakan gigi palsu. Banyak wanita yang merasa tidak percaya diri karena mengenakan gigi palsu. Percayalah, buat saya gigi palsu adalah hal yang menggairahkan. Seperti halnya rambut beruban” imbuhnya
Jones mengatakan bahwa hasrat seksual dan minatnya pada wanita lanjut usia mulai terasa saat dia masih duduk di bangku sekolah dasar. “Kala itu, ada seorang guru seksi dan usianya 65 tahun. Rambutnya berubah dan tubuhnya sedikit berisi. Dia sungguh cantik luar biasa,” ujarnya.
Saat jones menginjak usia 18 tahun, dia memiliki teman kencan seorang wanita berusia 50 tahun, bernama Karen. Mereka dipertemukan lewat situs kencan. Awalnya, Jones dan Karen berkomunikasi lewat email, hingga akhirnya berjanji untuk bertemu langsung.
“Dia benar-benar menarik. Rambutnya yang beruban, senyumnya yang manis, dia sangat menggairahkan. Benar-benar cantik,” terang Kyle Jones, pria 31 tahun yang hanya punya hasrat seksual pada nenek-nenek.
Hubungannya dengan Karen tidak bertahan lama. Sebab, Jones belum ingin terikat dan masih ingin menjalin hubungan dengan wanita lanjut usia yang lebih banyak. (kompas.com)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR