Intisari-Online.com -Anak kebanyakan akan meniru perilaku yang dia lihat dari kedua orangtuanya. Seto Mulyadi, pada November 2013 di rumahnya, menjelaskan bahwa anak adalah peniru paling baik yang pernah ada di bumi. Sejatinya, kondisi bisa dimanfaatkan oleh para orangtua untuk menumbuhkan karakter-karakter yang ada dalam diri si anak.
Dalam bentuk aplikasi langsung, cara paling pas untuk menguatkan karakter anak adalah dengan berdisiplin. Chrysant Karmadi, psikolog anak di Medikids, Jakarta, menyebut, disipilin bisa dalam berbagai hal: pelajaran, penghormatan, dan pelbagai perbuatan baik lain.
Penting juga mendidik anak untuk berpikir kritis. Tidak harus untuk hal-hal yang berat. “Misalnya, ajaklah berdiskusi kenapa dia memukul temannya saat di kelas, atau mengenai salah satu perbuatannya di sekolah. Kira-kira yang dilakukannya itu benar atau tidak,” lanjut Chrysan.
Saat anak melakukan kesalahan, sekecil apa pun itu, jangan pernah menghukumnya dengan perkataan kasar. Kak Seto selalu mewanti-wanti, komunikasi verbal mempunyai peran sangat penting. Jika diskusi sudah biasa dilakukan sejak kecil, maka ketika beranjak besar, kebiasaan itu akan terus terjaga.
Ketika si anak melihat tontonan yang menyalahi norma, misalnya, dia akan langsung bereaksi cepat. Karena sejak awal sudah ditanamkan bahwa sumber yang paling terpecercaya adalah orangtua, maka orang yang pertama kali ditanyai perihal tontonan tersebut adalah ayah dan ibu.
“Jadi ndak perlu khawatir berlebih. Karena anak sudah diajar berpikir kritis, dia akan menilai sendiri apakah pemimpin yang korup itu baik atau buruk, menteri yang terlibat skandal penggelapan pajak itu baik atau tidak; semua akan otomatis,” terang Kak Seto.