Intisari-Online.com -Banyak cara yang dapat digunakan untuk menggugah semangat si anak untuk mempunyai karakter yang bagus. Salah satu yang paling efektif adalah menggunakan metode kontrak belajar antara si anak dan orangtua dalam kehidupan sehari-hari di rumah.
Kontrak belajar ini berisi konsekuensi-konsekuensi yang harus dialami apabila salah satu pihak melanggar kesepakatan. Misalnya, jika si anak bangun kesiangan dia harus cuci piring.
Begitu juga ayah atau ibu. Atau jika si anak tidak sembahyang, maka konsekuensinya harus seperti apa. Begitu juga orangtuanya.
Selain hukuman (punishment), baik juga dipikirkan soal hadiah (reward). Keduanya juga harus melalui perundingan, walau hadiah tidak melulu berupa permen atau kado. Kadang acungan jempol pun cukup.
Ingat, hukuman tidak harus berupa bentakan atau kurungan di kamar seharian. Cara-cara itu justru akan membuat anak jadi lebih liar. Mengajaknya bicara baik-baik, mengingatkan tentang kesalahannya, dan mencari solusi bersama, rasanya jauh lebih baik.
Selain orangtua mengetahui musababnya, cara itu juga mebuat si anak menyadari kesalahan dan perbuatannya.
Tidak ada jaminan bahwa dengan pendidikan karakter yang kuat, sifat kritis, serta berdisiplin tinggi, kelak si anak akan menjadi pemimpin yang budiman. Tapi, sebagai bentuk antisipasi, langkah-langkah di atas rasanya cukup manjur untuk mengarahkan si anak kepada sesuatu yang baik.
Minimal ia tahu sesuatu hal itu bagus atau jelek.
Satu hal yang harus diperhatikan oleh orangtua terhadap anaknya. Salah satunya adalah bakat anak itu bisa dilihat sejak ia kecil ketika si anak sudah mulai mengenal lingkungan barunya.
"Saat di TK juga bisa menjadi pertanda: seberapa cepat dia menggalang pertemanan. Banyaknya teman yang berada di sekitarnya, menandakan bahwa si anak memiliki kemampuan psikososial yang bagus", ujar Chrysant Karmadi, psikolog anak di Medkids, Jakarta.