Intisari-Online.com - Sebaiknya anak dirangsang dengan warna sejak ia menunjukkan ketertarikan. Tetapi, psikolog perkembangan dari Universitas Padjadjaran Bandung, Laila Qodariah, MPsi, mengingatkan, pemilihan warna hendaknya dibuat harmonis.Jangan asal ramai sehingga anak malah bingung. Bagaimanapun, kata Laila, setiap stimulus warna memunculkan sensasi, dan sensasi yang terus-menerus akan menciptakan persepsi.Itulah makanya orangtua tidak lagi bisa bergaya stereotip dalam pemilihan warna bagi anak. Anak perempuan diberi warna pink, anak laki-laki warna biru. Tidak hanya pakaiannya, tapi juga dinding kamar, seprai, bahkan mebel dan perlengkapan kamarnya. Kalau cara itu masih ditempuh, si anak akan mendapat persepsi yang minim. Sensasi penglihatannya tidak berkembang, dan kejiwaaannya tidak lengkap.Yang pasti, sambung Laila, "Setiap warna, baik dari cat dinding, perabotan, hingga sinar lampu, membawa ambience-nya sendiri dan itu berpengaruh kepada kejiwaan penghuninya."Misalnya warna merah untuk menambah semangat, warna oranye menciptakan suasana hangat, warna kuning membuat orang cepat merasa lelah, dsb. Jadi, kalau ingin anak tidur nyenyak, misalnya, jangan gunakan lampu sinar putih. Pilih lampu yang sorotnya kekuningan.