Pornografi dan Anak (4): Pantau, Bukan Memata-matai

Ade Sulaeman

Editor

Pornografi dan Anak (4): Pantau, Bukan Memata-matai
Pornografi dan Anak (4): Pantau, Bukan Memata-matai

Intisari-Online.com - Hal-hal berikut ini dapat dilakukan orangtua untuk mencegah anak mengakses atau salah memahami konten pornografi:

1. Memantau televisi dan penggunaan internet bukan dengan memata-matai

“Melakukan pengawasan berarti menumbuhkan rasa percaya pada anak. Jangan sampai mereka ketagihan sampai-sampai melakukan seksual online. Jika sudah seperti itu, harus bertemu psikolog atau ahlinya karena sudah mengalami ketidaknormalan.” “Buat perjanjian di awal sejauh mana boleh memakai akses internet, lalu cek seminggu sekali.”

2. Orangtua perlu mengedukasi anak

“Kadang orangtua sering berpikir anak-anak yang masih kecil tidak perlu diberitahu,” jelas Agustina yang menyuruh orangtua berhati-hati dengan tayangan televisi. Banyak sekali adegan sinetron yang mengajarkan hal negatif. Jadinya, anak berbaur atau belajar dari televisi.”

3. Perlunya menciptakan hubungan yang dekat antara orangtua dengan anak

“Jika terjadi sesuatu pada anak, mereka mau bicara dengan orangtua. Hubungan yang kurang dekat dengan orangtua membuat anak jadi segan bercerita. Akibatnya, orangtua tidak tahu apa yang terjadi pada anak.”

4. Jika orangtua bekerja, lalu anak di rumah dengan pengasuh atau pembantu, anak harus tetap diawasi.

“Suster atau pembantu harus dipesan apa saja yang boleh dilihat anak. Ketika nonton teve ada adegan negatif, pembantu harus menjelaskan. Jangan malah keterusan nonton. ”

Tak jarang banyak orangtua yang mencium anak di bibir. “Jelaskan ke anak, boleh mencium bibir hanya pada orangtua saja jangan dengan teman-teman. Takutnya anak-anak beranggapan hal tersebut boleh dilakukan ke semua orang.”

5. Suruh anak-anak memakai pakaian yang sopan, cara duduk yang tidak mengundang perhatian orang lain, atau bersikap baik pada anak perempuan

“Ketika mandi, anak harus tahu jangan sampai ada lawan jenis yang melihat bagian tubuhnya. Pakailah baju atau handuk yang menutupi bagian vital.”

6. Terapkan nila-nilai agama pada anak.

“Ada hal-hal yang pantas dan tidak pantas dilakukan.” Jika anak mengerti batasannya, mereka pun tak berani melanggarnya.

(Noverita K. Waldan/tabloidnova.com)