Anda Benar-benar Bisa Mati Gara-gara Patah Hati

Birgitta Ajeng

Editor

Anda Benar-benar Bisa Mati Gara-gara Patah Hati
Anda Benar-benar Bisa Mati Gara-gara Patah Hati

Intisari-Online.com - Ditinggal mati orang yang dicintai tidak hanya meninggalkan rasa sedih. Penelitian terbaru di Inggris menunjukkan, risiko stroke dua kali lipat dialami oleh orang-orang yang kehilangan orang yang dicintai.

Para ahli mengungkapkan, "sindrom patah hati" sangat penting diperhatikan. Seseorang yang ditinggal mati pasangannya dapat dengan mudah mengabaikan kesehatan diri sendiri. Demikian penjelasan Sunil Shah, peneliti yang membantu memimpin penelitian di St George, University of London.

Seringkali mereka lupa untuk minum obat yang memperparah penyakit," kata Dr Shah. Ada bukti dari penelitian lain yang mengatakan bahwa kehilangan dan kesedihan menyebabkan munculnya berbagai respon negatif pada tubuh, seperti pembekuan darah, perubahan tekanan darah, perubahan kadar hormon stres dan detak jantung.

(Baca juga:Cinta Suci Rahwana)

"Semua itu masuk akal dan berkontribusi terhadap peningkatan risiko serangan jantung dan stroke setelah seseorang kehilangan pasangan," ungkap Dr Shah.

"Dalam studi lain, kami telah menemukan, orang yang kehilangan lebih mungkin tidak konsisten minum obat di beberapa bulan pertama setelah kehilangan," kata Dr Shah.

Dokter, teman, dan keluarga sangat penting mengingatkan orang-orang yang baru kehilangan tentang adanya peningkatan risiko serangan jantung dan stroke. Diperkirakan, stres karena kehilangan memiliki dampak langsung terhadap kesehatan seseorang.

(Baca juga:Selama Ini Kamu Salah, Cinta Tidak Datang Dari Hati Tapi dari Otak)

Studi ini meneliti 30.000 pasien yang kehilangan orang yang dicintai saat berusia 60 sampai 89. Hasilnya dibandingkan dengan 84.000 orang yang pasangannya masih hidup.

Para peneliti menemukan bahwa 0,16 % responden mengalami serangan jantung atau stroke setelah 30 hari kehilangan pasangan mereka. Sedangkan 0,08 % responden memiliki kesehatan yang normal.

Selama periode yang sama, risiko pembekuan darah di paru-paru hampir dua setengah kali lebih besar. Selama tiga bulan pertama, risiko gangguan jantung atau stroke sepertiga lebih tinggi.

(Baca juga:‘Surat Cinta’ dari Kepala Sekolah untuk Wali Murid SD di Bantul Ini Viral di Media Sosial, Apa Isinya?)

Demikian data yang didapat dari jurnal JAMA Internal Medicine. Para peneliti juga menemukan, risiko kematian lebih tinggi dialami oleh orang-orang yang ditinggal mati pasangannya. (Daily Mail)