Intisari-Online.com -Sekalipun rambut perempuan Asia yang berwarna hitam terlihat indah, namun nyatanya masih banyak perempuan yang ingin mewarnai rambutnya. Menurut penelitian yang dilakukan Makarizo, ada lima juta perempuan yang mengecat rambutnya."Ada banyak alasan mengapa banyak orang mau mengecat rambutnya dan ini nggak melulu soal mau nutupin uban," kata Omar Pane, Brand Manager Makarizo Concept Ultimax, produk pewarnaan rambut, saat peluncuran produknya di Plaza Bapindo, beberapa waktu lalu.Menurut data Makarizo, sekitar 40 persen orang mengecat rambutnya untuk menutupi ubannya. "Setiap tahunnya, orang yang melakukan ini bertambah lima persen," katanya.Sedangkan sisanya (60 persen) mengubah warna rambutnya sebagai bagian dari fashion. Hampir 60 persen responden memilih warna-warna rambut yang sedang tren saat itu. Jumlah tersebut terus meningkat setiap tahunnya.Selain untuk menutupi uban dan mengikuti tren warna rambut ini, ternyata ada alasan-alasan lain untuk mengecat rambut. Berikut adalah empat alasannya.(Baca juga: Mengapa Wanita Lebih Cepat Beruban?)
1. Mengubah penampilanSalah satu cara yang paling efektif untuk mengubah penampilan adalah dengan mewarnai rambut. Namun tentu saja dengan warna yang sangat berbeda dari warna asli rambut Anda. Jika warna rambutnya cocok dengan kepribadian dan karakter Anda maka penampilan akan terlihat sangat berbeda.2. Kepercayaan diriBagi banyak orang, kepercayaan diri akan semakin meningkat dengan menambahkan warna-warna pada rambutnya. Dengan warna favorit dan cocok dengan mereka, maka mereka bisa tampil lebih percaya diri.3. TrendiMengikuti warna-warna rambut yang sedang tren saat ini, tak ayal akan membuat Anda terlihat lebih trendi dan gaya. Anda juga akan merasa lebih keren karena lebih "up to date"dengan style yang tren saat ini.(Baca juga: Bagaimana Mendapatkan Rambut Berkilau?)
4. Tampak lebih mudaBaik yang digunakan untuk menutupi uban ataupun agar tampil lebih trendy, warna rambut baru yang sesuai dengan diri Anda ini juga akan membuat Anda terlihat jadi lebih muda. (Christina Andhika Setyanti/ Kompas)