Intisari-Online.com - Konon, ada orang yang "berbakat" celaka, padahal orang lain tidak. Seringkali ketiban sial, atau mendapat musibah beruntun. Jika dipikir-pikir, hal tersebut memang terasa ganjil. Akibatnya, jawaban kadang dicari-cari pada hal-hal tak rasional, bahkan dicocok-cocokkan dengan ramalan bintang!Mestinya, fenomena itu jangan hanya dilihat dari peristiwanya. Karena sebenarnya, di balik itu sudah ada serangkaian kondisi patofisiologis yang menjadi penyebab dasar yang memungkinkan tubuh tertimpa celaka. Adapun istilah yang pas untuk menggambarkan kondisi ini yakni accident prone, yaitu kecenderungan seseorang, dihitung secara kemungkinan dan frekuensi, mengalami kecelakaan baik yang berakibat kecil atau berat, bahkan fatal. Lalu apa penyebab dari accident prone?(Baca juga:Mitos, Takhayul, dan Keberuntungan)Kondisi organ biologisKarena kecenderungan ini menyangkut mekanisme gerak anggota tubuh, accident prone ini amat tergantung pada kondisi organik biologis seseorang.Bisa jadi, struktur anatomis serta fungsi seseorang sudah menurun atau kurang baik, sehingga dalam beberapa hal gerakannya menjadi lamban dan mudah jatuh dalam situasi yang mencelakakan. Nah, kondisi tersebut masih dipengaruhi adanya kesalahan salah satu organ, atau bahkan kelelahan tubuh secara menyeluruh, akibat kurangnya makanan, gizi, atau kekurangan darah merah (anemia). Logikanya: hal tersebut akan mempengaruhi fungsi ketajaman pancaindera maupun reaksi terhadap datangnya suatu ancaman dari luar. Belum lagi kalau peredaran darah di otak terganggu.Psikologis dan perilakuKondisi psikis seseorang juga mempunyai andil besar dalam bertindak ceroboh yang berakibat celaka. Misalnya, rasa cemas yang berlebihan.Orang dengan rasa cemas berlebih, apalagi fobia akan dengan mudah berperilaku ekstrem tanpa memperhitungkan risikonya. Tak hanya itu, penderita depresi berat maupun ringan, hingga gangguan kepribadian juga tak luput dari kesulitan, yang mengakibatkan dirinya mudah celaka.Sosial, ekonomi, dan budayaKondisi lingkungan sosial, ekonomi, maupun budaya setempat juga amat berperan. Misalnya, dalam sebuah masyarakat yang dikenal peka akan hal tertentu, terdapat si A yang tak disukai. Nah, kalau ada orang yang usil membakar emosi masyarakat, hal kecil yang bagi orang lain tidak apa-apa, bisa menjadi apa-apa bila itu dilakukan si A. Dalam kondisi ini, si A bisa amat mudah menderita dibanding orang lain, bukan?(Baca juga:Resep Jadi Orang Beruntung)Dari pemaparan di atas, jelaslah bahwa accident prone bukan hanya istilah yang merujuk pada satu masalah yang simplistik, melainkan merupakan satu kumpulan sindrom beragam yang patut diteliti. Di samping itu, fenomena ini tidak ada kaitannya dengan bioritme, firasat, atau takdir, tetapi merupakan satu akibat dari rangkaian kondisi kesehatan tubuh yang jauh sebelumnya sudah "mendekam" dalam diri si pelaku.Karenanya, accident prone dapat dicegah dan ditangkal, sehingga orang tidak perlu harus tunduk sepenuhnya pada nasib.