Kalah Pemilu, Caleg Berpotensi Stres dan Gangguan Jiwa

Axel Natanael Nahusuly

Editor

Kalah Pemilu, Caleg Berpotensi Stres dan Gangguan Jiwa
Kalah Pemilu, Caleg Berpotensi Stres dan Gangguan Jiwa

Intisari-Online.com - Stres memang tidak dapat dihindari dalam profesi apapun, termasuk bagi para calon legislatif (caleg). Namun, para caleg menghadapi risiko stres yang lebih tinggi. Jika stres sangat tinggi dan daya tahannya rendah, bukan tidak mungkin mereka mengalami gangguan kejiwaan.Dokter spesialis kejiwaan Andri mengatakan, risiko stres dan aktivitas nyaleg memiliki hubungan yang erat. Kompetisi merebut kursi legislatif memang sangat sengit. Jika mereka tidak terpilih, mereka bukan cuma menanggung malu tapi juga kehilangan harta yang tidak sedikit."Setidaknya ada dua hal yang paling berpengaruh pada risiko stres yang dialami para caleg," ujar dokter Andri saat dihubungi Kompas Health pada Selasa (8/4/2014).Pertama, hutang biaya kampanye yang harus dibayarkan jika seorang caleg tidak terpilih. Biaya kampanye tentu tidak kecil. Tidak sedikit pula caleg yang berhutang atau sampai menggandaikan rumah dan hartanya untuk mendanai kampanyenya."Dulu caleg identik dengan orang yang mampu karena kita tahu biaya kampanye tidak kecil. Namun kini banyak juga orang yang nekad berhutang demi menjadi caleg. Masalahnya, ketika mereka tidak terpilih dan tidak bisa membayarkan hutangnya, itu bisa menjadi stresor (pemicu stres) yang sangat berpengaruh," tutur Andri.Kedua, hal yang paling mungkin membuat stres yaitu ketidakmampuan memenuhi janji pada orang-orang yang berpengaruh di dalam pencalonannya. Menurut Andri, untuk mendapatkan suara di daerah pemilihannya, para caleg sudah mengumbar janji. Sehingga ketika janji tersebut tidak bisa dipenuhi mereka menjadi tertekan. Jika tidak dikelola dengan baik akibatnya adalah stres, bahkan gangguan kejiwaan.(Baca juga: Ramai-ramai Siapkan RS Khusus untuk Caleg Stres)Menurut Andri, risiko stres lebih tinggi pada caleg yang belum memiliki pengalaman sebelumnya. Alasannya, mereka mungkin belum mengetahui cara yang paling efektif untuk mengendalikan stres."Berbeda dengan caleg yang sudah ada pengalaman sebelumnya, kebanyakan mereka mungkin telah mengalami stres di pemilihan sebelumnya sehingga lebih siap menghadapi pemilihan kali ini," kata dokter yang berpraktik di RS Omni Alam Sutera, Tangerang Selatan, ini.Andri menilai, caleg baru perlu mendapat perhatian lebih. Apalagi jika mereka secara biologis dan psikologis lebih rentan mengalami stres. (Kompas)