Kini, Para Ibu Tak Lagi Merasa Bersalah Ketika Bekerja di Luar Rumah

Chatarina Komala

Editor

Kini, Para Ibu Tak Lagi Merasa Bersalah Ketika Bekerja di Luar Rumah
Kini, Para Ibu Tak Lagi Merasa Bersalah Ketika Bekerja di Luar Rumah

Intisari-Online.com -Tuntutan kebutuhan rumah tangga seringkali menjadi alasan utama mengapa banyak ibu dengan berat hati meninggalkan anak untuk bekerja di kantor. Di sisi lain, seorang ibu yang bekerja di luar rumah dianggap sebagian masyarakat memiliki andil dalam sejumlah kasus yang sering menimpa anak-anak, mulai dari prestasi yang menurun, kenakalan, hingga menjadi korban kekerasan dan penculikan.

Sebuah survei telah dilakukan oleh website Mumsnet pada 900ibu bekerja di Amerika. Hasilnya mengejutkan. Hanya 13 persen ibu bekerja yang merasa bersalah telah menghabiskan banyak waktu di luar rumah.(Baca juga: Wanita Memang Lebih Baik Saat Multitasking)

Ibu yang bekerja di luar rumah justru merasa hidup mereka lebih berguna daripada ibu yang lebih banyak mengurus rumah tangga. Sebanyak 48 persen atau hampir setengah dari responden mengatakan bahwa memiliki gaji setiap bulan membuat merasa berbahagia.

Sepertiga dari ibu rumah tangga mengaku kalau bisa memilih, mereka ingin punya pekerjaan. Sedangkan 52 persen sisanya mengatakan bahwa menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak jauh lebih berat ketimbang bekerja di kantor.

“Kita sering berpikir bahwa ibu bekerja pasti terganggu dan tidak dapat mengelola waktu, harus mengantar ke sekolah lalu bergegas ke kantor. Namun, kenyataannya seringkali jauh lebih rumit. Kebanyakan wanita ingin bekerja, atau bekerja lebih lama,” ujar Justine Roberts, Chief Executive Mumsnet.

Mungkin ibu yang bekerja tidak akan mampu meninggalkan kantor sebentar untuk menjemput anak dari sekolah, atau pulang dari kantor lebih cepat. Tetapi banyak orangtua yang merasa bahwa ketiadaan mereka bersama anak pada siang hari justru memberikan mereka energi untuk fokus pada anak ketika akhirnya mereka tiba di rumah.

"Mungkin sudah waktunya menghilangkan persepsi bahwa ibu bekerja merasa bersalah karena harus meninggalkan anak," lanjutnya.

Hal ini disepakati oleh Richard Huntington, Strategic Director biro iklan Saatchi & Saatchi yang mendampingi riset ini. "Penelitian ini menunjukkan bahwa ini (rasa bersalah yang dialami ibu bekerja) bukan merupakan kenyataan pada kebanyakan ibu."(Baca juga: Ini Alasan Wanita Gemar Mengganti Warna Rambut)

Meskipun begitu, Sue Palmer, pakar perkembangan anak dan pendukung kelompok Save Childhood Movement, mengatakan bahwa orangtua juga harus melihat dari sisi anak-anak.

“Ibu yang bahagia tentu adalah ibu yang baik. Tetapi anak-anak, khususnya sampai usia 2 tahun, akan menjadi tabah ketika mereka diasuh dengan baik, konsisten, dan penuh perhatian oleh orangtua yang penuh kasih,” tegasnya. (Ridho Nugroho/ Tabloid Nova)