Intisari-Online.com - Sebuah penelitian terbaru menemukan, stres karena pernikahan bisa membuat seseorang merasa tertekan. Peneliti mensurvei lebih dari 300 pasangan tentang perkawinan serta gejala stres yang mereka rasakan – seperti seberapa sering mereka merasa dikecewakan oleh pasangan atau seberapa sering pasangan mengkritik mereka – dan depresi.
Sembilan tahun kemudian, peneliti mengulangi suvei mereka terhadap responden yang sama. Para peneliti juga meminta responden untuk menjalani tes respon emosional, yang pada dasarnya melibatkan pengukuran otot yang berhubungan dengan ekspresi cemberut ketika responden melihat campuran foto negatif, positif, dan netral.
(Baca juga: Apa itu Depresi?)
Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of psikofisiologi ini menemukan hubungan yang mengejutkan, yaitu peserta yang mengakui mengalami stres dengan tingkat tinggi dalam perkawinan juga menunjukkan tanda-tanda depresi. Misalnya, mereka kurang tersenyum saat melihat foto-foto yang positif. Ini merupakan indikasi bahwa mereka tidak bisa menikmati pengalaman menyenangkan sepenuhnya.
Peneliti mengingatkan, penelitian ini hanya menunjukkan korelasi, bukan sebab-akibat. Itu berarti, stres karena pernikahan bisa membuat seseorang merasa tertekan. Hal itu juga mungkin dialami oleh orang yang menderita depresi. Gejala depresi yaitu perasaan tidak berharga, ketidakmampuan untuk mengalami sukacita dan bahagia, merasa lelah, tidak mampu tidur, sakit, kecenderungan menarik diri dari orang yang dicintai, dan berhenti berpartisipasi dalam sebuah kegiatan yang sebetulnya sangat disukai.
(Baca juga: Depresi Penyebab Terbesar Kedua Kecacatan di Dunia)
Gejala tersebut bisa menghasilkan lebih banyak stres dalam kehidupan berumah tangga. Untuk mengatasi depresi dalam kehidupan berumah tangga, seseorang perlu menyelesaikan masalah bersama pasangan daripada membiarkan masalah menumpuk.
Berhubungan seks dengan pasangan juga menjadi salah satu cara untuk menghindari stres dalam perkawinan. (prevention.com)