Waspadai Pecahnya Pembuluh Darah Abdominal

Tjahjo Widyasmoro

Editor

Waspadai Pecahnya Pembuluh Darah Abdominal
Waspadai Pecahnya Pembuluh Darah Abdominal

Intisari-Online.com -Selama ini mungkin kita selalu terpaku akan adanya potensi gangguan pada pembuluh darah di seputar jantung. Padahal ada lagi ancaman yang tak kalah serius, yakni gangguan di pembuluh aorta atau pembuluh arteri yang terbesar di tubuh. Jalurnya bermula dari jantung, masuk ke rongga dada, lalu berlanjut ke rongga perut (abdominal). Pembuluh darah aorta di bagian perut ini bertanggung jawab untuk menyuplai darah ke kedua tungkai, saluran pencernaan, dan ginjal.

Dinding di pembuluh aorta ini ternyata dapat melemah secara progresif dan menyebabkan bentuknya bisa menggelembung sebagian. Kondisi yang dikenal sebagai aneurisma aorta abdominal (AAA) ini dapat semakin memburuk sehingga suatu saat bisa pecah (ruptur) bila tidak segera ditangani. Akibatnya akan muncul perdarahan internal yang sangat hebat hingga berujung kepada kematian.

Selain risiko pecah, adanya bekuan dari debris dapat terbentuk di dalam kantung aneurisma. Substansi ini bisa dibawa ke seluruh tubuh sesuai aliran darah dan pada akhirnya akan menyumbat peredaran darah. Akibatnya, bisa saja daerah yang tersumbat menjadi nyeri hebat atau bahkan sampai pada risiko amputasi jika aliran darah tersumbat total untuk jangka waktu yang lama.

Demikian beberapa fakta yang tersaji dalam acara Media Gathering RS. Premier Bintaro sambil berbuka puasa bersama di Jakarta (7/7). Sebagai pembicara dalam acara itu, dr. Alexander Jayadi Utama, SP. B(K) V, spesialis bedah vascular dan endovaskular dari RS Premier Bintaro.

Dr. Alexander mengingatkan, yang berisiko terkena AAA ini adalah mereka yang sudah berusia lanjut (di atas 70 tahun), terkena diabetes melitus, hipertensi, serta merokok. “Biasanya terdeteksi secara tidak sengaja, misalnya sedang melakukan CT Scan abdomen, malah akhirnya ketemu ini,” tutur dia. Namun memang ada gejala tertentu yang bisa dirasakan seperti rasa denyutan di dalam perut, nyeri yang hebat pada daerah perut atau punggung bagian bawah, serta nyeri atau perubahan warna pada kaki.

Pembesaran sudah harus ditangani serius jika mencapai 4-4,5 cm. Di masa lalu, pasien harus menjalani pembedahan invasif, namun risikonya juga cukup besar. Saat ini teknologi kedokteran memiliki alternatif solusi yakni memberikan graft atau stent. Pemberian stent dilakukan dengan endovaskular repair (EVAR) yakni memasukkan stent melalui pembuluh darah di selangkangan. “Dokter yang akan memberikan pertimbangan tentang tindakan yang paling tepat,” tutur dr. Alexander.

Perbandingan pasien pria dan wanita saat ini diketahui 4:1, karena rupanya hormon estrogen turut berperan mencegah wanita terkena AAA. Hampir 200 ribu orang di Amerika Serikat didiagnosa AAA per tahun, sekitar 15 ribu meninggal setiap tahun akibat pecahnya pembuluh darah. Di Indonesia sendiri tidak diketahui data pasti tentang penderitanya, namun diperkirakan cukup besar mengingat banyak makanan yang mengandung lemak tinggi serta kebiasaan buruk sehari-hari.