Tahun 2016, Peserta Ekspedisi Nusantara Jaya dari Kalangan SMA akan Ditingkatkan

Arnaldi Nasrum

Editor

Tahun 2016, Peserta Ekspedisi Nusantara Jaya dari Kalangan SMA akan Ditingkatkan
Tahun 2016, Peserta Ekspedisi Nusantara Jaya dari Kalangan SMA akan Ditingkatkan

Intisari-Online.com - Salah satu program Kemenko Maritim dan Sumber Daya untuk membangun budaya maritim dan cinta tanah air adalah Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ). Tahun 2015, kegiatan yang dilaksanakan bersama TNI Angkatan Laut dan Kementerian Perhubungan ini berhasil dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015 dengan jumlah peserta mencapai 200 orang yang menggunakan KRI Banda Aceh. Sebagian besar peserta tediri dari kalangan pemuda yang telah melalui sejumlah seleksi maupun perwakilan dari berbagai organisasi.

Namun, untuk tahun 2016, jumlah peserta dari kalangan siswa SMA akan ditingkatkan. “Tahun depan, peserta siswa SMA akan ditingkatkan lagi sehingga pembangunan karakter anak sudah dimulai sejak SMA,” ungkap Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli, dalam acara Apresiasi Ekspedisi Nusantara Jaya 2015 yang diselenggarakan di Balai Sudirman, Jakarta, Selasa (15/12).

Menurut Rizal, dengan terlibat dalam ENJ, anak akan mendapatkan pengalaman untuk mengelilingi laut. Yang lebih penting adalah mereka akan belajar mengenai sikap kepemimpinan, budaya bersih dan kerja sama dalam tim. Para peserta juga akan mendapatkan pelatihan keterampilan, penguatan wawasan kebangsaan dan jiwa bela negara selama pelayaran.

Lokasi pelaksanaan kegiatan ENJ 2015 adalah di 540 pelabuhan yang tersebar di 22 Provinsi. Selain KRI Banda Aceh, ekspedisi ini juga melibatkan 86 kapal perintis.

Ekspedisi ini berupaya mengoptimalkan akses kapal-kapal perintis dengan pulau-pulau terluar dan terpencil. Kemudian dilakukan kegiatan sosial bersama masyarakat lokal seperti menyelenggarakan kegiatan pengobatan, penyuluhan dan hiburan. Yang menarik adalah menyediakan pasar murah yang menjual kebutuhan sehari-hari dengan harga yang lebih terjangkau.

ENJ 2015 juga bekerja sama dengan Bank Indonesia melakukan program penukaran uang yang sudah tidak layak edar di beberapa daerah. Hal ini disebabkan karena banyaknya uang kertas yang sudah sangat usang akibat kurangnya intensitas transaksi yang dilakukan penduduk lokal dengan daerah lain. Hal ini banyak terjadi di pulau-pulau terpencil.