Intisari-Online.com - Bisa jadi taman bungan ini adalah taman bunga paling romantis di dunia. Bukan hanya soal keindahannya, tapi juga cerita yang terkandung dan menjadi latar kemunculannya. Seorang suami yang sudah tua sengaja menanam bunga-bunga itu sehingga ketika mekar nanti ia bisa menghabiskan waktu bersama istrinya yang buta.
Untuk mencitapan karangan bunga raksasa itu, sang suami membutuhkan waktu satu dekade. Toshiyuki Kuroki dan istrinya, Yasuko, dari Prefektur Miyazaki, telah menikah selama 30 tahun ketika Nyonya Kuroki mulai memiliki masalah pada matanya.
Dan seminggu kemudian, ia telah buta, lantaran disebabkan oleh komplikasi yang berkaitan dengan diabetesnya. Musibah ini tentu saja begitu memukul pasangan peternak 60 sapi yang kerap bangun di pagi hari ini.
Sebelum kejadian itu, mereka berdua telah merencanakan, saat pensiun nanti akan pergi melancong ke seluruh pelosok negeri. Tapi rencana itu tinggal rencana, Nyoya Kuroki benar-benar patah hati.
Sampai suatu hari, Tuan Kuroki melihat orang-orang yang lewat mengagumi taman kecil di sekitar rumahnya. Taman itu penuh dengan bunga Shibazuka berwarna pink nan cerah. Bunga ini juga dikenal dengan phlox lumut.
Ia berpikir jika ia menanam lebih banyak lagi, maka akan lebih banyak orang yang akan datang untuk melihat dan membantu menjaga taman istri tercintanya itu. Oleh sebab itu, ia memutuskan berhenti menjadi petani sapi perah dan sepenuhnya beralih menggarap taman bunga miliknya.
Seperti dilansir dari RocketNews24, Tuan Kuroki menghabiskan waktu dua tahun untuk menciptakan dasar taman, menebang pohon, dan merawat tanaman yang masih muda. Sekarang, setelah satu dekade, bibit yang ia tanam telah menghasilkan taman nan indah. Semua orang bisa berkunjung ke sana. Sekitar 7.000 pengunjung datang tiap tahunnya.
Sepanjang Maret dan April, karangan bunga raksasa itu akan mekar sepenuhnya. Uang yang mengalir ke sakunya, dianggap cukup untuk menerbitkan senyum Nyonya Turoki yang telah lama hilang.
(Teks dan gambar: Daily Mail)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR