Intisari-Online.com – Dunia mengakui bahwa hari ini, 8 maret 2016 adalah hari perempuan internasional. Kaum feminis banyak merayakan hari ini dengan menyerukan petisi-petisi yang menolak ketidaksetaraan gender yang memberatkan perempuan.
Periode menstruasi menjadi jadwal bulanan yang tidak dapat ditolak oleh perempuan normal. Walau sudah banyak negara yang menghargai periode menstruasi perempuan, masih ada pula yang menanggpi kodrat wanita ini dengan pandangan negatif.
Akibatnya perempuan-perempuan masih merasa terdakwa, malu, dan diberatkan karena menstruasi.Hal ini terjadi karena banyak yang berpendapat bahwa menstruasi adalah hal sepele yang harus disembunyikan oleh perempuan. Seruan petisi tersebut dilakukan untuk membela perempuan di enam negara berikut.
* Inggris, pajak barang mewah untuk pembalut
Di inggris lebih dari 316.000 orang menandatangani petisi untuk menyerukan produk sanitasi untuk menstruasi seperti tampon dan pembalut dihapuskan pajaknya. Sebab selama ini pembalut dikenakan pajak kemewahan menurut undang-undang Uni Eropa.
Perempuan inggris menuntut agar pajak tersebut dihapuskan, karena barang tersebut adalah kebutuhan, bukan pilihan. Sedang barang mewah adalah suatu benda yang bisa dipilih untuk dimiliki atau tidak. Sebab tidak ada seorang perempuan pun yang bisa memilih untuk menstruasi atau tidak.
* Rusia, tidak diajarkan pendidikan menstruasi sejak dini
Sekitar tiga perempat perempuan rusia tidak diajarkan pendidikan mengenai menstruasi sejak dini. Akibatnya lebih dari 86% perempuan Rusia benci untuk membicarakan periode menstruasi.Mereka tidak mau mengaku sakit karena malu dan memaksakan diri untuk tetap bekerja di masa periode menstruasinya. * India, dibatasi geraknya ketika menstruasi
Savitan Patel, CEO asosiasi perempuan Nilam Solanki melakukan penelitian untuk melihat kualitas pembalut yang dibuat di negara mereka. Hasilnya kualitasnya belumlah terlalu baik. Hal ini terjadi karena mitos mengenai menstruasi yang masih dipercaya sebagian besar orang. Bahwa perempuan yang menstruasi tidak boleh menyiapkan makanan tertentu, masuk kuil, dan menyentuh orang lain. Akibatnya 70% anak perempuan di India tidak tahu bagaimana menghadapi menstruasi ketika waktunya tiba. Mereka juga tidak memperoleh produk sanitasi yang baik untuk menstruasi. Mereka kebanyakan menggunakan kain bahkan pasir untuk menyerap darah menstruasi mereka. Fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa India masih kurang fasilitas toilet yang membuat perempuan tidak memiliki privasi.
independent.co.uk