Intisari-Online.com – Kompetisi di dunia akademik saat ini kian kuat dan terkadang mengkhawatirkan. Inilah kisah nyata remaja 15 tahun asal Malaysia yang bunuh diri setelah mendapat ranking 2 di kelas.
Begitu besarnya keinginan gadis ini untuk dekat dengan ayahnya hingga ia juga pernah berusaha membuatkan sarapan pagi. Sang ayah, tanpa senyum ataupun ucapan terima kasih, justru bertanya untuk apa ia melakukan semua itu? Apakah kamu ingin jadi pembantu yang menyiapkan sarapan?
Ketika akhirnya nyawa sang gadis sudah hilang, sang ayah ini pergi dan menghilang. Baru dua bulan kemudian ayah ini kembali dengan membawa perubahan besar. Ia sudah bukan ayah yang dulu. Ternyata selama dua bulan itu sang ayah hidup di Masjid.
Selama hidup di Masjid ia hidup dalam penyesalan. Tidurnya selalu dihantui mimpi berisi teriakan anaknya yang meminta tolong namun tak pernah berhasil tertolong. Namun ia akhirnya sadar bahwa sudah tak ada gunanya menyesali kepergian sang anak. Ia hanya bisa mengubah diri dan menjadi ayah yang lebih baik untuk anak-anaknya yang lain.
Sejak saat itu sang ayah berubah. Ia menjadi ayah yang penuh cinta dan selalu menyediakan waktu untuk anak-anaknya. Keluarga ini kini belajar bahwa hal sebaik apapun tak boleh dilakukan dengan berlebihan. Kita boleh disiplin namun semua tetap ada batasnya. Jangan sampai kita terlalu mengikuti aturan dengan berlebihan hingga melupakan hal-hal lain yang sebenarnya jauh lebih penting dalam hidup.
(thecoverage.my)
Penulis | : | Lila Nathania |
Editor | : | Lila Nathania |
KOMENTAR