Kisah Yadal Si Pencari Orangtua Angkat

Moh Habib Asyhad

Editor

Kisah Yadal Si Pencari Orangtua Angkat
Kisah Yadal Si Pencari Orangtua Angkat

Intisari-Online.com -Semua berawal dari keinginan si anak untuk terus melanjutkan sekolah sementara sang bapak menyuruhnya berhenti. Yadal, 12, bocah kelas VI sekolah dasar di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, selama setahun berkeliling dari kampung ke kampung di daerah itu untuk mencari orang yang bersedia menjadikannya anak angkat.

Tekadnya hanya satu: kembali melanjutkan sekolah.

Ia meninggalkan bapaknya yang tinggal di dusun Matangganga, Polewali Mandar. Selama setahun, Yadal berkeliling sambil membawa selembar akta kelahiran dan fotokopi kartu keluarga serta beberapa lembar seragam sekolah dan sarung. Rabu kemarin Yadal ditemukan warga sedang terdampar di kawasan Tambak Mampie. Kisah Yadal ini berawal saat dia diminta oleh ayahnya, Dilang (60), untuk berhenti sekolah karena keterbatasan biaya. Dilang adalah petani penggarap yang penghasilannya tak bisa menghidupi anaknya itu. Dilang bahkan meminta Yadal untuk bekerja membantunya mencari nafkah. Kala itu, Yadal yang baru naik ke kelas VI SD merasa terganggu. Suatu hari, anak kedelapan dari 10 bersaudara pasangan Dilang dan Ana (50) ini pun pergi dari rumah. Yadal berharap bisa bertemu dengan dermawan yang mau mengangkatnya sebagai anak. Ana, diketahui sudah lama bercerai dengan Dilang. Saat ini, Ana telah bersuami dan tinggal di Kabupaten Sidrap. Akibat perkara itu, Yadal dan saudaranya yang lain pun tercerai-berai. Yadal tinggal bersama ayahnya, sementara sejumlah kakak dan adiknya tinggal di Mamuju dan merantau entah ke mana. Mendapat orangtua angkat Selama setahun perjalanannya, Yadal pernah dua kali mendapatkan orangtua angkat. Namun, pada akhirnya Yadal memilih pergi dari mereka karena merasa diperas dan tak kunjung disekolahkan. Saat ditemukan kemarin, petambak yang bersimpati dengan bocah ini sempat membawa Yadal ke rumahnya. Dia diberi makanan sebelum diantarkan ke Kantor Polsek Wonomulyo. “Saya pergi dari rumah sudah setahun. Saya jalan kaki dari kampung ke kampung. Saya makan kalau ada yang kasih di jalan. Saya jalan sejauh-jauhnya, siapa tahu di jalan ada yang mau bersedia menyekolahkan," ujar Yadal yang seharusnya menempuh ujian SD bulan April mendatang. Merasa tak nyaman dititipkan di kantor polisi, Yadal lagi-lagi memilih pergi.(Junaedi, Glori K. Wadrianto|kompas.com)