Teori Kecoa untuk Pengembangan Diri

K. Tatik Wardayati

Editor

Teori Kecoa untuk Pengembangan Diri
Teori Kecoa untuk Pengembangan Diri

Intisari-Online.com – Di sebuah restoran, tiba-tiba ada seekor kecoa terbang dari suatu tempat dan hinggap pada seorang wanita. Wanita itu mulai berteriak-teriak karena takut. Dengan panik, yang terlihat dari wajah dan suaranya yang gemetar, ia mulai melompat, lalu kedua tangannya berusaha keras untuk menyingkirkan kecoa.

Reaksi wanita itu cukup menular. Karena, semua orang di dekatnya pun menjadi panik. Wanita itu akhirnya berhasil mengibaskan kecoa hingga jauh. Tapi… kecoa itu mendarat pada wanita lain di ruangan itu.

Sekarang, giliran wanita lain itu pun melanjutkan drama seperti tadi yang dibuatnya.

Pelayan pun bergegas datang untuk menyelamatkan mereka. Dalam drama berikutnya, kecoa pun terlempar dan hinggap pada pelayan.

Pelayan itu berdiri kokoh, ia mengamati perilaku kecoa di kemejanya. Ketika ia cukup percaya diri, ia mengambil kecoa itu dengan jari-jarinya dan melemparkannya keluar dari restoran.

Sambil menyeruput kopi dan melihat kejadian dramatis tadi, saya berpikir dan mulai bertanya-tanya, adakah kecoa bertanggung jawab atas perilaku dramatis wanita-wanita itu tadi? Jika demikian, mengapa pelayan itu tidak terganggu? Ia menangani dengan sempurna, tanpa kekacauan apapun.

Ini bukan soal kecoa, tetapi ketidakmampuan wanita itu untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh kecoa.

Bukan teriakan orangtua atau atasan kita yang menggangu kita, tapi ketidakmampuan kita untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh teriakan mereka yang mengganggu kita. Ini bukan soal kemacetan lalu lintas di jalan yang mengganggu kita, tapi ketidakmampuan kita untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh kemacetan lalu lintas yang mengganggu kita.

Kita sebenarnya tidak harus bereaksi dalam kehidupan kita. Kita hanya harus selalu merespon. Seperti kisah tadi, para wanita bereaksi, sedangkan pelayan memberikan respon.

Reaksi selalu diberikan secara naluriah, sedangkan respon selalu baik dalam pemikiran, adil dan benar untuk menyelamatkan situasi, untuk menghindari retak dalam hubungan, serta untuk menghindari mengambil keputusan dalam kemarahan, kecemasan, stres, atau terburu-buru.