Intisari-Online.com - Ananthi tidak bisa percaya pada apa yang baru saja terjadi padanya. Setelah bekerja begitu keras untuk membuat mimpinya menjadi kenyataan dan berbisnis pakaian sendiri, ia harus gulung tikar setelah lima tahun berjaya. Ini karena permintaan untuk produk-produknya di luar negeri secara dramatis turun, sementara ia tidak menjual di penjualan lokal.
Naiknya harga dan berkurangnya permintaan akan produk-produknya telah memaksanya untuk menerima kenyataan bahwa ia akan mengalami masa sulit lagi. Meskipun ia punya sedikit tabungan, tapi ia tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Ia masih merasa sakit karena kehilangan usahanya.
Seolah-olah nasib sedang bermain atas dirinya, pada waktu yang sama ia kehilangan usahanya, suaminya pun berpaling kepada wanita lain. Meski mereka telah menikah selama tiga tahun. Untungnya mereka tidak memiliki anak, sehingga tidak terlalu berpengaruh pada anak jika terjadi perceraian.
Selama berminggu-minggu, ia merenungkan apakah yang dilakukannya sudah salah sehingga kehidupannya seperti ini. Apakah ia seorang istri yang buruk? Apakah ia sudah menyakiti seseorang secara tidak sengaja sehingga ia harus membayar seperti itu?
Meragukan dirinya, ia pun jatuh dalam depresi yang mendalam, dan tidak ada yang bisa dilakukannya untuk keluar dari keadaannya. Ia menolak untuk melihat siapa pun, bahkan teman-teman dan keluarganya. Ia begitu malu dengan kegagalannya itu.
Hingga suatu hari ia berpikir, “Apa yang saya lakukan dengan hidup saya? Mengapa saya membiarkan diri saya merasa ketika masih ada begitu banyak kehidupan untuk saya?”
Seperti diberi aba-aba, ia tersentak dari depresinya. Ia bertekad untuk memulai kembali dan belajar dari semua peristiwa menyakitkan yang telah terjadi padanya. Ia tahu bahwa hidup itu seperti musim, akan ada hari-hari mendung dan hari-hari cerah.
Ia tahu bahwa ada tenang setelah badai. Ia memiliki pilihan baik berpegangan pada semua peristiwa menyakitkan dan berkubang dalam mengasihani diri sendiri untuk sisa hari-harinya, atau belajar dari mereka; menangisi atas apa yang terjadi dan kemudian melanjutkan. Setelah semua, musim pun berubah.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR