Intisari-Online.com – Alkisah, seorang pria yang baik, tapi sedikit pelit. Ia selalu melakukan tawar-menawar setiap kali membeli barang, dan tidak pernah membayar dengan harga yang diminta. Ia paling benci kalau harus membayar biaya pengobatan.
Pada suatu hari, saat sedang makan ikan, tulang ikan masuk ke tenggorokannya dan dalam beberapa menit ia nyaris tak bisa bernapas. Istri pria itu panik. Ia pun memanggil dokter keluarga, yang segera tiba ke rumahnya. Wajah pria itu semakin membiru karena tidak bisa bernapas. Dokter dengan cepat mengambil ikan itu dengan sepasang pinset.
Ketika pria itu kembali dapat bernapas dengan normal, meskipun dengan kewalahan ia berterima kasih kepada dokter karena menyelamatkan hidupnya. Namun, biaya dokter yang agak mengkhawatirkan baginya.
Agar biayanya bisa lebih murah, ia bertanya kepada dokter, “Berapa yang harus saya bayar untuk pekerjaan yang hanya dua menit?”
Dokter itu yang sudah tahu kebiasaan kikir pasiennya menjawab, “Bayar saja setengahnya karena tulang itu masih terjebak di tenggorokan Anda!”
Kisah ini menggambarkan titik ketika orang mengingat kembali saat kritis mereka. Mereka jauh lebih menghargai saat mereka terbebas dari masa kritis, tanpa menghargai prosesnya.