Intisari-Online.com – Alkisah seorang wanita tua yang menangis sepanjang waktu. Putrinya yang pertama menikah dengan seorang pedagang payung, sementara putri keduanya menikah dengan pemilik pabrik mi. Pada hari-hari cerah, ia khawatir, “Oh tidak! Cuacanya sangat bagus dan cerah. Tidak akan ada yang akan membeli payung. Apa yang akan terjadi jika toko harus tutup?”
Kekhawatiran itu membuatnya sedih. Ia hanya tidak bisa membantu tetapi menangis. Ketika hari hujan, ia akan menangis untuk anak keduanya.
Wanita itu berpikir, “Oh tidak! Putriku yang kedua menikah dengan pemilik pabrik mi. Mi kering tidak bisa dibuat tanpa matahari. Sekarang tidak akan ada lagi mi yang dijual. Apa yang harus kita lakukan?”
Akibatnya, wanita tua itu selalu larut dalam kesedihannya. Apakah hari cerah atau hujan, ia berduka untuk salah satu putrinya. Tetangganya tidak bisa menghibur dan menjulukinya “wanita yang menangis”.
Suatu hari, wanita itu bertemu dengan seorang bijak. Orang bijak itu sangat ingn tahu mengapa wnaita tua itu selalu menangis. Wanita itu pun menjelaskan masalahnya kepada orang bijak itu. Orang bijak itu tersenyum ramah dan berkata, “Ibu! Anda tidak perlu khawatir. Aku akan menunjukkan kepada Anda cara untuk meraih kebahagiaan, dan Anda tidak perlu berduka lagi.”
Wanita itu sangat bersemangat. Ia segera meminta orang bijak itu untuk menunjukkan apa yang harus dilakukan. Orang bijak itu menjawab, “Hal yang sangat sederhana. Anda hanya perlu mengubah pandangan Anda. Pada hari-hari cerah, jangan berpikir putri pertama Anda tidak mampu menjual payung. Tapi berpikirlah putri kedua Anda mampu mengeringkan minya. Dengan sinar matahari yang kuat, ia harus mampu membuat banyak mi dan usahanya harus sangat baik. Saat hujan, pikirkan tentang toko payung putri sulungmu. Dengan adanya hujan, setiap orang harus membeli payung, maka ia akan menjual banyak payung dan tokonya pun untung.”
Wajah wanita itu bercahaya. Ia mengikuti instruksi orang bijak itu. Setelah beberapa saat, ia tidak menangis lagi. Sebagai gantinya, ia tersenyum setiap hari. Sejak itu ia dikenal sebagai “wanita yang tersenyum”.