Intisari-Online.com – Sekelompok orang sedang melakukan perjalanan wisatan di daerah gurun ketika tiba-tiba tanda badai muncul. Sopir menghentikan mobilnya dan menjelaskan kepada penumpang bahwa akan ada badai di daerah itu dengan sangat kuat dan bisa membawa pergi apapun. Entah itu besar atau kecil, yang ada di dekat badai itu, sehingga cara terbaik untuk menyelamatkan diri dari badai itu adalah menghentikan mobil wisata itu.
Penumpan yang adalah para wisatawan itu pun turun dan mereka menuju pohon besar untuk berlindung di balik batangnya. Melihat ini, sopir berteriak dan memperingatkan mereka, “Jangan pernah berteduh di bawah pohon, sangat berbahaya!”
Pohon besar itu tetap akan terkena amukan badai. Hanya ada satu cara untuk menyelamatkan diri. Yaitu tertelungkup di tanah.
Para penumpang itu melakukan seperti yang diperintahkan dengan baik, ketika badai datang. Intensitasnya sedemikian rupa hingga mencabut pohon dari akarnya dan atap rumah di belakangnya. Sopir dan para wisatawan itu tidak terpengaruh karena mereka berbaring tak bergerak di tanah, ketika akhirnya badai itu cukup melukai dua orang yang berdiri. Mereka senang karena badai berlalu dan mereka menuruti saran sopir mobil wisata itu.
Intensitas badai selalu lebih besar yang ada di atas tanah. Tanah, karena itu tidak pernah menerima dampak penuh. Tapi pohon-pohon tinggi yang terkena kekuataan penuh sehingga tumbang selama badai berlangsung. Rumput, yang biasanya tidak pernah tinggi dan tetap di atas tanah tidak terpengaruh oleh badai. Maka hal terbaik yang bisa dilakukan adalah tetap di tanah.
Ini adalah salah satu pelajaran dari Ibu Alam, yang menunjukkan kita jalan untuk menghindari badai kehidupan.
Cara paling sederhana pada saat itu adalah tetap low profile. Ketika seseorang berbicara dengan nada provokatif, letakkan tangan menutupi telinga kita. Ketika seseorang melempar kotoran ke dinding rumah kita, cucilah dengan air. Lalu ketika seseorang berteriak melawan kita, cobalah berdoa untuk orang itu.