Intisari-Online.com – Alkisah, ada dua sekrup pengikat bagian penting dari mesin. Salah satu sekrup angkuh dan bangga karena kepalanya bersinar. Sekrup kedua lebih tenang, niatnya hanyalah melakukan tugasnya yang terbaik dari kemampuannya.
Suatu hari setitik karat muncul di kepala sekrup kedua. Karena bangga akan keindahannya sendiri, sekrup pertama mulai menertawakan sekrup kedua. “Hei, kepalamu ternoda,” kata sekrup pertama. “Lihatlah dirimu. Kilau yang sempurna akan hilang.”
Sekrup kedua tidak berkata apapun. Sebaliknya, berkonsentrasi pada apa yang dilakukannya. “Bagaimana kau bisa menjadi jelek,” sekrup pertama terkekeh. “Lihat betapa indahnya saya.” Kemudian mulai tertawa begitu keras pada sekrup kedua yang membuatnya menjadi longgar sendiri. Akhirnya mereka copot dari mesin dan terjum ke kolam kecil yang berisi minyak kotor.
Sekrup pertama tidak lagi berpegangan, kini keduanya dihadapkan pada masalah yang sama. Sekrup pertama, ini dipenuhi dengan minyak kotor, meratap dan berkeluh kesah, “Lihat aku! Kotor! Dan semua keindahanku pun hilang. Karena menertawakan noda pada sekrup kedua, saya akhirnya jadi longgar dan jatuh ke kotoran. Kini aku hancur berantakan.”
Kebetulan sekali pemilik mesin menghidupkan mesin itu. Ia segera menyadari bahwa sesuatu tidak benar, mesin berjalan kasar. Ketika ia memeriksa, ia langsung melihat bahwa salah satu dari dua sekrup yang penting, hilang. “Ah ha!” kata pemilik, “Salah satu sekrup longgar dan jatuh ke tanah, tapi saya tidak melihatnya. Mungkin jatuh ke dalam genangan minyak kotor itu.”
Pemilik mesin mencari-cari dalam minyak kotor dan menemukan sekrup yang hilang. “Lihat dirimu,” katanya. “Kalian semua penuh dengan kotoran dan minyak. Jelek sekali! Tapi aku akan memperbaikinya segera.” Pemilik itu meraih kain di dekatnya dan menyeka semua minyak dan kotoran dari sekrup pertama sampai bersinar lebih cerah dari sebelumnya. Lalu ia memasangkannya kembali pada tempatnya. Sebelum ia berbalik, ia melihat sebuah titik noda kecil pada kepala sekrup kedua. Dengan kain yang lain, ia mengusap kepala sekrup kedua hingga bersih dan cerah. Kemudian pemilik mesin itu berjalan meninggalkan mereka.
Akhirnya mesin itu pun bisa bekerja lagi. Dua sekrup, sekarang sama-sama cantik, memegang bagiannya dengan ketat. “Maafkan aku, teman,” kata sekrup pertama kepada sekrup yang kedua. “Dalam kesombonganku, aku begitu sibuk menertawakan celamu, ternyata saya tidak mengetahui bahwa saya bisa longgar sendiri.”
“Apa kini yang bisa kau pelajari?” sekrup kedua diam-diam bertanya.
“Aku belajar untuk tidak menghakimi orang lain karena aku memiliki cacat sendiri.”
“Lalu,” kata sekrup kedua, “Aku memaafkanmu.”
“Terima kasih, temanku. Dan yakinlah, kesombonganku akan tetap selamanya berada di genangan minyak kotor itu.”