Intisari-Online.com - Seorang pria muda mencoba untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya. Ia berkeliling untuk mencari orang yang mampu menjawab pertanyaannya. Namun, dari sekian banyak orang yang ia temui, tak satu pun yang mampu menjawab pertanyaannya.Suatu hari, ia bertemu seorang ilmuwan dan memberikan ilmuwan tersebut tiga pertanyaan:1. Apakah Tuhan benar-benar ada? Jika ada, berikan saya buktinya!2. Apakah itu takdir?3. Jika iblis terbuat dari api, dan mereka ditempatkan di neraka di mana semuanya terbuat dari api, tentu saja ia tidak merasa sakit. Apakah Tuhan sudah benar-benar memikirkan hal itu?Pertanyaan selesai diajukan. Tiba-tiba, ilmuwan itu menampar wajahnya. Pemuda itu kaget dan tak mengerti. "Mengapa kau menampar wajah saya. Apakah kau marah?" tanyanya. Ilmuwan itu menjawab, "Saya tidak marah. Itu adalah jawaban untuk pertanyaanmu," katanya."Bagaimana bisa?" kata pria itu, masih tak mengerti."Apa yang kau rasakan ketika saya memukul wajahmu?""Tentu saja saya merasa sakit!""Itu berarti kau percaya bahwa sakit itu ada.""Ya!""Jika kau percaya, bisakah kau tunjukkan buktinya?""Saya tidak bisa!""Itu adalah jawaban untuk pertanyaan pertamamu. Sekarang, beritahu saya, apakah kemarin kau tahu bahwa saat ini saya akan menampar wajahmu?""Tidak.""Apakah kau pernah berpikir bahwa saya akan menamparmu hari ini?""Tidak.""Itulah takdir. Sekarang, saya ingin bertanya lagi. Apa yang melapisi tangan yang saya gunakan untuk menampar wajahmu?""Kulit.""Dan apa yang melapisi wajahmu?""Kulit.""Apakah kau merasa sakit?""Ya. Rasanya sakit sekali!""Itu adalah jawaban untuk pertanyaan ketigamu."Kita semua punya begitu banyak pertanyaan yang tersimpan di dalam kepala. Tanpa sadar, kita melakukan beragam cara untuk meminta penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, hingga sering kali lupa, tidak semua pertanyaan memiliki jawaban yang sekiranya mampu membuat kita puas.Terkadang, jawaban yang kita cari bisa tertera serupa tulisan di atas kertas yang sanggup dengan jelas kita baca. Namun, tak jarang, ada jawaban yang begitu "terasa" hadir lewat pengalaman kita sehari-hari, namun tetap tidak mampu dijelaskan dalam beragam kata. Inilah yang harus kita terima, ketimbang buang-buang waktu mencari jawaban yang tanpa sadar akan menggiring kita pada sejumlah pertanyaan baru yang tak kunjung selesai.Tidak semua pertanyaan berjodoh dengan jawaban. Dan untuk memahaminya, terkadang yang kita butuhkan hanyalah merasa, membuka seluruh panca indera untuk dengan rela melihat "proses" sebagai bagian yang lebih penting dari sebuah "tujuan".