Intisari-Online.com – Siang itu ratusan lalat sedang berpesta pora di sebuah tong sampah di depan sebuah rumah mewah. Seorang pembantu dari rumah tersebut terlihat berjalan terburu-buru untuk keluar rumah dan lupa untuk menutup pintu rumah itu. Seekor lalat dari kerumunan yang berpesta itu melihatnya dan segera memanfaatkan kesempatan langka itu, lalu dia masuk ke rumah dan langsung menuju meja makan. Di dalam hati si lalat berkata, “Bosan aku makan dari tong sampah terus, sekali-sekali makan yang segar-segar lah.” Ia berkata demikian sambil menikmati makanan yang ada di meja makan tersebut. Setelah beberapa saat si lalat pun kenyang dan dia ingin keluar dari rumah itu secepatnya sebelum keberadaannya diketahui oleh si pemilik rumah. Si lalat kemudian menuju pintu tempat dia masuk tadi, tapi ternyata pintu itu sudah tertutup rapat. Lalat itu kini hanya bisa melihat teman-temannya dari balik jendela kaca sambil terus berusaha sekuat tenaga untuk keluar. Tanpa lelah lalat menabrakkan dirinya pada jendela kaca agar bisa keluar secepatnya, tapi dia tetap tidak berhasil. Dan pada sore hari, si lalat sudah terkapar di lantai, dia sangat kelelahan dan frustasi karena terus menabrakkan dirinya ke jendela kaca itu. Lalu pada waktu yang tidak begitu lama datanglah segerombolan semut yang sedang mencari makan. Tanpa ada sedikitpun perlawanan dari si lalat, gerombolan semut berhasil menaklukkannya dengan sangat mudah. Gerombolan semut itu lalu menggotong si lalat menuju sarang mereka. Dalam perjalanan gerombolan semut itu berbicara satu sama lain, semut pekerja bertanya pada seekor semut prajurit, “Kenapa si lalat ini bisa sekarat seperti ini ya?”
Si prajurit semut menjawab, “Sebenarnya dari tadi lalat ini berusaha keluar untuk keluar tapi akhirnya dia frustasi dan kelelahan”.
Si semut pekerja bertanya lagi, “Lho bukannya dia sudah berusaha keras? Seharusnya kan dia berhasil keluar.”
Si semut prajurit menjawabnya, “Ya memang seharusnya seperti itu, masalahnya dia hanya melakukan hal yang sama saja terus menerus. Dia menabrakkan diri ke kaca, coba seandainya dia terbang sedikit ke atas. Di atas jendela kaca itu kan ada lubang udara, dia bisa keluar dari situ”. Seperti yang pernah dikatakan oleh Albert Einstein: “Jangan mengharapkan hasil yang berbeda jika kita melakukannya dengan cara yang sama”. Memang benar adanya bahwa kita bisa berhasil dengan satu cara, contohnya batu saja bisa berlubang jika terus menerus di tetesi oleh air. Tapi berapa lama kita harus bertahan dan menunggu? Bagaimana jika kita melakukannya dengan cara yang berbeda? Tidak dengan tetesan air lagi tetapi menggantinya dengan pancuran air, tentunya batu itu akan lebih cepat berlubang.
Semoga kisah ini bisa menginspirasi kita dan membuka pikiran untuk berpikir lebih jeli dan cerdik dalam memecahkan suatu masalah. (BMSPS)