Intisari-Online.com – Seorang pejalan kaki yang mengadakan perjalanan di malam bersalju yang tebal dan dingin di bawah nol derajat di New England. Ia begitu lelah dan kakinya sudah membeku. Ia tidak merasa dapat berjalan lebih jauh lagi.
Hatinya pun mulai tergoda untuk menyerah dan ingin berbaring di atas salju. Tapi ia sadar bahwa itu berarti kematian. Sementara ia terus berjuang dan berjalan di atas salju, kakinya terantuk pada sebuah gundukan. Wah, ternyata gundukan itu adalah tubuh seseorang.
Kembali hatinya mulai bergumul antara ditinggal atau ditolongkah orang itu. Tapi tiba-tiba rasa belas kasihan mulai berkobar dalam dirinya. Ia mulai berjalan berjuang menempuh jalan bersalju sambil membopong orang itu.
Saat berjalan itu, di kejauhan ia melihat cahaya. Ia pun terus berjala mendekati cahaya itu. Akhirnya ia terjatuh tepat di depan pintu sebuah rumah. Ternyata rumah itu adalah milik seorang petani. Ia bersama istrinya kemudian menyeret dua tubuh laki-laki setengah kaku itu, membawanya ke dekat perapian dan menghangatkan mereka, memberikan makanan, minuman hangat, serta tempat tidur.
Orang yang ditolong itu mengucapkan terima kasih kepada penolongnya karena telah menyelamatkan jiwanya. Pejalan kaki dari New England itu berkata, “Saat menolong hidup Anda sebenarnya saya juga sedang menyelamatkan hidup saya sendiri, karena sebenarnya saya sudah ingin menyerah.”
Demikianlah dalam kehidupan kita. Setiap usaha dan tugas yang dibuat untuk orang lain sebenarnya juga dapat mendatangkan keuntungan bagi kita sendiri. Bila kita melukai orang lain, maka sebenarnya kita juga melukai diri kita sendiri. (SD)