Intisari-Online.com – Pagi yang cerah di hutan rimba, Chiku membentangkan tubuhnya dan menguap lebar. Chiku adalah kelinci kecil yang sangat nakal dan tidak pernah mendengarkan orangtuanya.
Suatu hari ayah dan ibu akan pergi dan meninggalkan rumah mereka sebentar saja. Mereka berpesan kepada anaknya, “Chiku, kami akan pergi ke tempat bibi. Tinggallah di dalam rumah saja dan tidak keluar karena kemungkinan apa pun bisa terjadi.”
Maka, Chiku pun sendirian di rumah. Ibunya memperingatkannya untuk tidak pergi ke luar rumah dan melakukan kerusakan apa pun. Chiku menyetujuinya dengan enggan. Ia masih ingin pergi ke luar rumah dan bermain dengan sahabatnya, Miku. Chiku pun pergi ke rumah Miku. Mereka berbincang sebentar, lalu pergi ke luar untuk bermain petak umpet. Kali ini giliran Chik untuk mencari. Ia tidak menemukan Miku di dekatnya. Jadi ia pergi jauh untuk mencari Miku. Namun, ia merasa kelaparan. Tiba-tiba ia melihat sekelompok worel tergeletak di dekatnya. Ini membuatnya sangat bahagia.
Ia berpikir, “Lezat sekali wortel ini. Saya pasti akan memakannya.” Ketika ia membungkuk untuk mengambil wortel itu, tiba-tiba sesuatu mencengkeram lehernya. Oh! Itu perangkap yang dibuat oleh Dungi, si serigala kejam.
Dungi berkata pada dirinya sendiri, “Aku menangkap sesuatu yang lezat hari ini, ini akan menjadi surga bagiku memakan makanan seperti kelinci lembut ini.”
Chiku sangat ketakutan, tapi mengumpulkan akalnya dan mengerahkan keberaniannya, ia berbicara, “Salam Dungi, sahabatku!”
Dungi tampak terkejut. “Bagaimana kau tahu namaku?” tanyanya.
“Di hutan ini siapa sih yang tidak tahu tentang Dungi, si serigala besar. Terima kasih Tuhan, karena saya akan menjadi makan siang besar Dungi,” kata Chiku. Dungi senang mendengarkan ini.
Chiku melanjutkan, “Oh, tuan besar yang terbesar dari semua, terkuat dari semua, dan paling bijaksana dari semua.” Tapi tiba-tiba Chiku mulai batuk. Dungi bertanya apa yang terjadi padanya. Chiku mengatakan bahwa perangkap itu terlalu ketat dan membuatnya tersedak, karena itu ia tidak mampu berbicara.
Dungi yang ingin mendengarkan pu jian membuka perangkap. Hanya trik kecil itu Chiku sudah menipu Dingu. Begitu perangkap terbuka, Chiku pun berlari secepatnya yang dia bisa dan mencapai rumahnya. Ia telah memutuskan bahwa ia tidak akan memberitahu orangtuanya atas insiden mengerikan tadi. Ketika ayah dan ibunya kembali ke rumah, Chiku mengatakan kepada mereka bahwa ia berjanji akan mendengarkan orangtuanya dan tidak pernah berani keluar sendirian.
Dungi terakhir terlihat makan wortel yang ditinggalkan oleh Chiku, ia mengutuk ketidakberuntungannya. Dan sejak itu, semua makhluk memanggil si “Pintar Chiku” yang membuat orangtuanya sangat bangga padanya. Chiku menjadi pahlawan kelompoknya dan hidup bahagia setelah itu.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR