Intisari-Online.com – Benny, seorang bocah lelaki, berumur dua belas tahun. Ia memiliki cara untuk mengungkapkan kata-kata. Ia suka menulis, ia juga suka membaca keras-keras dari koran pagi, membayangkan menjadi seorang pembaca berita. Lain waktu, ia akan membacakan sebuah puisi. Ia akan berdiri di depan cermin, membacakan sebuah puisi atau bagian dalam sebuah drama.
Setiap hari Minggu ia akan pergi ke Perpustakaan dan mengambil sebuah buku cerita, lalu meringkuk di tempat tidur atau duduk di tangga rumahnya dan membaca. Membaca di tangga rumahnya adalah sebuah kenikmatan apalagi di bawah sinar matahari saat musim dingin. Membaca adalah sesuatu yang disukainya karena ia bisa bermimpi dan memperagakan kisah di dalamnya.
Salah satu acara liburan yang paling disukai Benny adalah duduk di tangga dengan buku di tangannya, kemudian ia tertidur. Lalu, ia bermimpi bahwa ia adalah seorang penulis terkenal. Terbangun dari lamunannya, ia menyadari bahwa ia memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukannya.
Tapi tunggu, ia ingat memiliki buku memo di mana ia akan menggambar dan meletakkan potongan koran olahragawan favoritnya, kriket dan acara olahraga. Pada saat itu dalam hidupnya ia tidak bisa memutuskan apakah akan menjadi seorang penulis atau olahragawan.
Suatu hari seorang pemain kriket terkenal Conrad Hunte dari Hindia Barat datang ke kelasnya untuk memberikan pelajaran olahraga kepada anak laki-laki. Hunte bercerita tentang sebuah pertandingan kriket, yang akhirnya banyak orang menyerang lapangan dan mencoba untuk membakar bendera kenegaraan. Ia menceritakan bagaimana ia menyelamatkan bendera tersebut dari pembakaran. Ia mengatakan kehormatan negara-negara tersebut dipertaruhkan dan ia punya keinginan kuat untuk menyelamatkan kehormatan negara dari gangguan dan rasa malu.
Itu membuat kesan yang mendalam pada pikiran Benny dan ia kembali ke rumah dengan tekad untuk mengambil resolusi moral. Ia menulis sebuah artikel tentang itu dan mengirimkannya ke sebuah majalah anak-anak. Dan diterbitkan!
Inilah titik balik dalam kehidupan Benny kecil.
Hari ini, ketika ia duduk di kursinya, seorang pria paruh baya mengingat kembali bagaimana ia menulis buku dan novel dalam hidupnya. Dengan semangat dan tekad, membuatnya seperti apa ia sekarang.