Intisari-Online.com – Karena bosan oleh penyakit dan beban hidup yang diterimanya, seorang petani datang kepada orang bijak. Ia duduk di depan orang bijak, yang tersenyum tulus dan hangat.
Petani itu mengembuskan napas berat, dan membiarkannya keluar bergelombang. Ia mulai mengeluh tentang hidupnya, bahwa ia memiliki beban y ang berat, bahwa ia tidak bisa melihat siang hari yang cerah sama sekali, seperti masalah yang jatuh di kepalanya atau yang lain, bahkan ia tidak bisa menghirup udara segar. Kemudian ia mulai menyalahkan semua sanak-saudaranya, yang, menurutnya, bersalah membuat ia malang dan menderita.
Orang bijak itu mendengarkan sambil diam. Dan ketika petani itu sekali lagi menyampaikan penyesalannya dan bertanya kepada orang bijak itu, mengapa begitu tidak adil, apa yang harus ia lakukan, dan bagaimana untuk menemukan kedamaian, orang bijak itu bangkit dari tempat duduknya dan mengajak petani itu untuk mengikutinya.
Mereka keluar dari pondok dan pergi ke danau, yang tidak jauh dari situ. Dari waktu ke waktu ada ikan yang terbang, berenang cepat di atas permukaan danau, atau menangkap makanan.
Orang bijak itu menunjukkan kepada petani danau itu, dan berkata, “Apakah Anda melihat lancarnya danau? Kedalaman danau itu penuh dengan kehidupan. Ada ikan yang selalu tinggal di air, dan jika tiba-tiba danau tercemar, mereka tidak bisa lagi melihat hidung mereka sendiri, mereka tidak akan mengenali dari mana sumber pencemaran itu, dan mereka akan terus berenang di sekitarnya. Ada juga ikan yang punya sayap dan mereka dapat naik ke atas air danau, melihat dari ketinggian soal pencemaran itu. Jadi inilah saran saya; bukannya mengeluh tentang hidup Anda, datanglah ke danau ini dari waktu ke waktu, melihat ikan terbang dan mencoba untuk memahami apa yang ingin saya katakan kepada Anda.”