Intisari-Online.com – Siapa yang tidak mengenal lagu Cicak Cicak di Dinding? Lagu itu begitu sederhana sehingga bisa dengan mudah dihafalkan oleh anak-anak, bahkan yang belum lancar berbicara.
Lagu ini menceritakan hal yang sangat sederhana tentang bagaimana seekor cicak dengan tenang dan sabar merayap perlahan untuk menangkap mangsanya. Cicak hanyalah hewan lemah yang tak berdaya. Cicak bukan seperti ular yang bisa mematuk dan mematikan. Cicak juga bukan seperti landak. Tanpa kesabaran, niscaya semua cicak akan mati kelaparan karena tidak mendapat buruan.
Dari empat sosok binatang kecil yang sangat cekatan di bumi ini, cicak adalah salah satunya. Mengapa cicak tidak harus dibunuh meski masuk ke dalam istana? Cicak bukanlah hewan buas yang bisa merepotkan. Cicak pun berguna karena mereka memakan serangga yang merugikan, seperti nyamuk.
Cicak bisa dijadikan contoh dalam kehidupan kita, manusia yang jauh lebih kuat dan pintar, serta berakal budi. Namun, berbeda dengan cicak, kita sering kali terbentuk menjadi manusia yang tidak sabaran. Menunggu sebentar saja, membuat kita marah-marah. Orang semakin berlomba-lomba untuk menjadi yang tercepat dan membuang sabar dari sikapnya. Semua harus serba cepat karena kita suka berkejar-kejaran dengan waktu.
Kesibukan bekerja, banyaknya aktivitas, dan lain-lain, sering kali menjadi alasan kita untuk tidak bersabar. Tenang? Itu bukan pilihan. Dan kita tetap menutup mata meski ketidaksabaran kita sudah sering mendatangkan banyak kerugian dalam hidup.
Mari kita periksa kembali, berapa banyak peluang yang baik dalam hidup ini kemudian terlewatkan begiu saja hanya karena kita tidak cukup sabar dalam meraihnya?
Mungkin benar, bila kita harus belajar dari cicak, makhluk lemah dengan sistem pertahanan seadanya, tetapi sangat luar biasa dalam hal kesabaran. (*)