'Manisnya Permen Masih Terasa di Lidah'

K. Tatik Wardayati

Editor

'Manisnya Permen Masih Terasa di  Lidah'
'Manisnya Permen Masih Terasa di Lidah'

Intisari-Online.com – Seorang lelaki tua terbaring lemah di sebuah rumah sakit. Seorang pemuda datang membezuknya setiap hari dan menghabiskan waktu berjam-jam bersama lelaki tua itu. Pemuda itu menyuapinya, membersihkan badannya, dan membimbingnya berjalan-jalan di taman, lalu membantunya kembali berbaring. Pemuda itu baru pergi setelah merasa tenang bila lelaki tua itu sudah bisa ditinggal.

Suatu ketika perawat yang datang memberi obat dan memeriksa kondisi orang tua itu berkata, “Tuhan telah memberkahi Bapak dengan anak yang berbakti. Setiap hari ia datang untuk mengurus Bapak. Sungguh beruntung ya Pak.”

Tanpa berkata, lelaki tua itu memandang perawat itu sejenak, lalu memejamkan kedua matanya. Dengan nada sedih, lelaki tua itu berkata, “Saya berangan-angan seandainya ia adalah salah seorang anak saya. Ia adalah anak yatim yang tinggal di lingkungan tempat tinggal kami. Suatu ketika saya melihatnya menangis setelah kematian ayahnya. Saya pun membujuknya dan membelikan permen untuknya. Setelah itu saya tidak pernah lagi berbincang dengannya.

Ketika ia tahu kalau saya dan istri hanya tinggal berdua saja, ia pun berkunjung setiap hari untuk memastikan kami baik-baik saja. Ketika kondisi fisik saya mulai menurun, ia mengajak saya dan istri saya tinggal di rumahnya, lalu membawa saja ke rumah sakit untuk berobat.

Saya pun pernah bertanya padanya, ‘Nak, mengapa engkau menyusahkan diri untuk mengurus kami?’

Sambil tersenyum anak itu menjawab, ‘Manisnya permen masih terasa di mulut saya, Pak.’”

Kita akan memetik hasil dari apa yang pernah kita tanam. Karena itu taburlah kebaikan, walaupun hanya memberikan sebuah senyuman. (SD)