Intisari-Online.com – Ini kisah seorang gadis kecil bernama Elina. Suatu hari, Elina diajak oleh ayahnya berjalan-jalan. Di tengah perjalanan, mereka harus melewati sebuah jembatan kecil yang terbentang di sebuah sungai.
Ayah Elna sedikit khawatir. Ia berkata pada Elina, “Elina, ayo genggam tangan Papa. Biar kamu tidak jatuh ke sungai.”
“Tidak!” tolak Elina. “Seharusnya, Papa yang menggenggam tanganku.”
“Loh memang apa bedanya?” tanya ayahnya bingung.
“Berbeda sekali, Papa. Jika aku yang menggenggam tangan Papa dan terjad sesuatu pada diriku, bisa saja genggamanku terlepas. Tapi, jika Papa yang menggenggam tanganku, apapun yang terjadi, aku yakin Papa tidak akan melepaskan genggaman Papa padaku,” jawab Elina.
Ayah Elina sangat terkejut mendengar jawaban dari anaknya. Setelah dipikirkan kembali, ia merasa apa yang dikatakan oleh anaknya benar. Maka ia pun menggenggam tangan anaknya dengan penuh kasih untuk menyeberangi jembatan itu.
Apa maksud kisah tadi? Kepercayaan tidak sekadar mengingatkan diri satu sama lain. Namun, kepercayaan harus bisa saling menyatukan. Mari kita genggam tangan orang yang kita sayangi, daripada mengharapkan orang itu menggenggam tangan kita. (BMSPS)