Intisari-Online.com – Kulitnya hitam. Wajahnya tidak cantik. Usianya sudah menua. Waktu pertama kali masuk ke rumah wanita itu, hampir saja ia percaya kalau ia berada di rumah hantu. Lelaki kaya dan tampan itu sejenak ragu kembali. Sanggupkah ia menjalani keputusannya? Tapi ia segera kembali pada tekadnya. Ia sudah memutuskan untuk menikahi dan mencintai wanita itu. Apapun risikonya.
Suatu saat wanita itu berkata padanya, “Ini emas-emasku yang sudah lama kutabung, pakailah ini untuk mencari wanita idamanmu. Aku hanya membutuhkan status bahwa aku pernah menikah dan menjadi seorang istri.”
Tapi pria itu menjawab, “Aku sudah memutuskan untuk mencintaimu. Aku takkan menikah lagi.”
Semua orang heran. Keluarga itu tetap utuh sepanjang hidup mereka. Bahkan mereka dikaruniai anak-anak dengan kecantikan dan ketampanan yang luar biasa. Bertahun-tahun kemudian orang-orang menanyakan rahasia ini pada pria itu.
Pria itu menjawab dengan enteng, “Aku memutuskan untuk mencintainya. Aku berusaha melakukan yang terbaik. Tapi wanita itu melakukan semua kebaikan yang bisa ia lakukan untukku. Sampai aku bahkan tak pernah merasakan kulit hitam dan wajah jeleknya dalam kesadaranku. Yang kurasakan adalah kenyamanan jiwa yang melupakanku pada fisik.”
Begitulah cinta ketika ia terurai menjadi sebuah perbuatan. Ukuran integritas cinta adalah ketika ia bersemi dalam hati, terkembang dalam kata, dan terurai dalam perbuatan.
Kalau hanya berhenti dalam hati, cinta itu lemah dan tidak berdaya. Kalau hanya berhenti dalam kata, cinta itu disertai dengan kepalsuan dan tidak nyata.
Kalau cinta sudah terurai menjadi perbuatan, cinta itu sempurna seperti pohon; akarnya terhunjam dalam hati, batangnya tegak dalam kata, buahnya menjuntai dalam perbuatan.
Sepert halnya iman kita, terpatri dalam hati, terucap dalam lisan, dan dibuktikan oleh perbuatan.
Semakin dalam kita merenungi makna cinta, semakin kita temukan fakta besar ini, bahwa cinta hanya kuat ketika ia datang dari pribadi yang kuat. Bahwa integritas cinta hanya mungkin lahir dari pribadi yang juga punya integritas. Karena cinta adalah keinginan baik kepada orang yang kita cintai yang harus terlihat setiap saat sepanjang kebersamaan.
Rahasia dari sebuah hubungan yang sukses bertahan dalam waktu lama adalah pembuktian cinta terus-menerus. Memberi tanpa henti. Hubungan bertahan lama bukan karena perasaan cinta yang bersemi di dalam hati, tapi karena kebaikan tiada henti yang dilahirkan oleh perasaan cinta itu.
Seperti kisah pria tadi, yang terus membahagiakan istrinya, begitu ia memutuskan untuk mencintainya. Dan istrinya, terus-menerus melahirkan kebajikan dari cinta tanpa henti. (BMSPS)
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR