Intisari-Online.com – Alkisah, di suatu negara tinggallah pemanah yang sangat hebat. Hampir semua perlombaan yang diikutinya telah ia menangkan. Kemampuan yang ia miliki membuatnya menjadi pribadi yang berbeda. Ia kini menjadi sombong. Bahkan ia selalu menantang orang-orang untuk membuktikan kemampuannya.
Kabar itu pun sampai ke telinga gurunya, dan kesombongan muridnya itu telah membuat Sang Guru begitu bersedih hati. Sang guru tidak pernah mengajari setiap muridnya untuk menyombongkan diri. Akhirnya, suatu kali Sang Guru meminta pemuda itu untuk menemuinya.
“Apakah Guru akan mengajarkan saya teknik memanah yang lebih hebat?” tanya pemuda itu.
“Panahlah kelopak bunga yang ada di atas pohon itu,” kata Sang Guru.
“Adakah yang lebih sulit lagi?” tanya pemuda itu dengan angkuhnya.
Sang Guru mengeluarkan kain dari sakunya dan mulai menutup kedua matanya. Pemanah itu tersenyum getir, namun ia harus melakukannya. Dan, benar saja, panahnya melesat tanpa mengenai kelopak bunga itu.
“Tanpa mata kau tak bisa memanah dengan baik. Maka, jangan jadikan sebagai kesombongan. Bersyukurlah atas apa yang kau miliki.”
Kesombongan kerap menjadi senjata untuk menghancurkan kehidupan kita. Apa yang bisa kita banggakan di dunia ini? Kepandaian? Jabatan? Uang? Atau tubuh yang kuat? Semua bisa lenyap seketika dan saat kita tak berdaya, maka tak akan ada seorangpun yang peduli. (SD)