Bo-Kaap, Indonesia yang Nyelip di Cape Town

hery prasetyo

Editor

Bo-Kaap, Indonesia yang Nyelip di Cape Town
Bo-Kaap, Indonesia yang Nyelip di Cape Town

Intisari-Online.com - Ada Indonesia di daerah Bo-kaap, Cape Town, Afrika Selatan (Afsel). Ada banyak pengaruh Indonesia di kota indah ini. Sehingga, Bo-kaap tak bisa dilepaskan dari Indonesia.BO-kaap merupakan tempat bersejarah, terutama bagi warga Cape Town dan Indonesia. Di sinilah pertama kali perbudakan di Afsel dimulai pada abad ke-17. Dan, budak pertama yang dibawa Belanda ke Cape Town tak lain orang Indonesia, bernama Abraham van Batavia, pada 1653.Sejak itu, VOC rutin mendatangkan budak dari Indonesia. Mereka juga membawa tahanan politik ke daerah itu, termasuk Syikh Yusuf dan Imam Abdullah Kadi Abdus Salaam.Selama ini, tokoh Indonesia di Afsel yang terkenal adalah Syeikh Yusuf yang dikubur di Kampung Makassar, sekitar 25 kilometer dari pusat kota Cape Town. Namun, khusus di Bo-kaap yang berada di tengah Cape Town, Imam Abdullah Kadi Abdus Salaam memiliki kisah yang cukup kuat.Saat membawa budak ke Cape Town, Belanda langsung mengubah nama-nama mereka. Ada yang dinamakan berdasarkan bulan kehadirannya, atau asal daerahnya. Ada Bambang van Java, December van Bali, August van Macassar dsb.Wajar, jika pengaruh Indonesia di Bo-Kaap sangat besar. Bahkan, banyak penduduk Bo-Kaap yang kemungkinan keturunan orang-orang Indonesia. Itu bisa dilihat dari kulit, juga karakter anatomi.Bo-Kaap sekarang menjadi salah satu kotapraja di Cape Town. Ini kota indah, bersih, tertata rapi, dengan cat rumah berwarna-warni. Terkesan ngejreng, tapi justru khas Bo-kaap.Terletak di lereng Signal Hill, Bo-Kaap juga menghadap ke Table Mountain. Daerah yang menyenangkan. Bagi orang Indonesia, mengunjungi Bo-Kaap seolah ada kedekatan psikologis.Selain secara historis banyak keturunan budak dan tahanan politik Indonesia yang tinggal di sini, banyak pula budaya dan adat istiadat Indonesia yang masih bertahan. Sebagai misal, masakan sebagian orang Bo-Kaap ada yang mirip masakan Indonesia, seperti sambal, kari, dan bubur.Beberapa bahasa Indonesia juga masih akrab terdengar di wilayah ini. Sebagai misal "tramakasie (terima kasih), boeka (buka), kamar mandie (kamar mandi), belajar, berkalahie (berkelahi) dan sebagainya. Ini bukti betapa Indonesia punya pengaruh yang kuat.Ini juga menjadi daerah Muslim yang amat kuat. Dan, orang-orang Indonesia pula yang pertama kali menyebarkan agama Islam di Cape Town.Di daerah itu juga ada restaurant Bismiellah. Ternyata, wajah-wajah para pelayannya tak jauh dari wajah Indonesia. Setidaknya, kulit mereka rata-rata cokelat. Begitu ada tamu dari Indonesia, mereka langsung bersemangat dan banyak tanya."Oh, Anda dari Indonesia," kata seorang pelayan dengan bahasa Inggris."Salamat datang!" lanjutnya yang maksudnya selamat datang."Mungkin saya keturunan Indonesia. Saya tak tahu. Yang saya tahu, saya orang Afrika Selatan dari ras coloured (berwarna/ca,puran)," kata Fatima, salah seorang pelayan restaurant Bismiellah.Salah satu bukti keberadaan Indonesia adalah makam Imam Abdullah Kadi Abdus Salaam. Dia berasal dari Tidore, Maluku, Indonesia.Imam Abdullah adalah salah satu tahanan politik semasa VOC menjajah Indonesia. Dia adalah pangeran kerajaan Tidore. Dia dibuang Belanda ke Cape Town pada 1780. Dia juga pernah ditahan di Robben Island. Di pulau buangan itu, dia menulis banyak buku tentang Islam dan surat-surat dalam Al Qur'an, mengandalkan daya ingatnya.Buku-bukunya menjadi referensi utama muslim di Cape Town sampai abad ke-19. Pengaruhnya juga sangat kuat. Dia juga membangun sekolah Islam pertama di Bo-Kaap, mengambil murid dari anak-anak para budak dan anak-anak kulit hitam. Maka, dia dijuluki Tuan Guru.Julukan itu sendiri memakai bahasa Indonesia. Dan, orang Cape Town sampai sekarang tetap menyebutnya Tuan Guru. Dia juga salah satu tokoh besar yang dihormati warga Cape Town. Salah satu dari tiga imam besar yang pernah ada di Bo-Kaap. Dua imam besar lainnya adalah Tuan Nuruman dan Tuan Sayed Alawie. Hanya, Sayed Alawie berasal dari Yaman. Dia terkenal karena propaganda di kalangan para budak untuk melawan perbudakan.Warga Cape Town yang cukup tahu Indonesia, Karim, langsung membawa penulis ke Bo-Kaap. "Kamu orang Indonesia, harus ke Bo-Kaap. Ini tempat perbudakan pertama dan banyak orang Indonesia dibawa ke daerah ini. Siapa tahu, Anda akan banyak bertemu keturunan Indonesia," katanya.Namun, faktanya sulit. Sebab, sebagian orang sudah tak bisa menelusur silsilah keluarganya. Mereka kadang hanya mengira-ira mungkin punya darah Indonesia, karena warna kulitnya. Atau, ada beberapa yang mengaku sebagai keturunan Malaya. Sebab, saat VOC membawa budak dari Indonesia, belum ada nama Indonesia.Meski begitu, pengaruh Indonesia di Bo-Kaap tetap terasa. Selain ada makam Tuan Guru, juga banyak kosa kata serta budaya Indonesia yang masih bertahan di Bo-Kaap.