HOK Tanzil ke Pangumbahan Naik Kombi-VW (2)

Birgitta Ajeng

Editor

HOK Tanzil ke Pangumbahan Naik Kombi-VW (2)
HOK Tanzil ke Pangumbahan Naik Kombi-VW (2)

Inilah cerita H.O.K. Tanzil saat pergi ke Pangumbahan, Jawa Barat, yang dia tulis diIntisariedisi Juli 1980 dengan judul asli "Ke Pangumbahan dengan Kombi-VW untuk Melihat Penyu Laut Bertelur"--Intisari-Online.com -Waktu terbaik untuk ke Pangumbahan tentunya bila musim hujan sudah berlalu.Karena medio Mei kami akan ke LN lagi maka kami putuskan sebelum itu dapat melaksanakan keinginan kami melihat penyu laut bertelur.Karena kami tidak mempunyai kendaraan jip, terpaksa kami persiapkan kombi-VW yang sudah mengalami suka-duka sewaktu dipakai pulang pergi ke Banda-Aceh (Intisari, Oktober 1977) dan Gunung Tengger (Intisari, Desember 1977).Sehari sebelum trip dimulai, kami siapkan dan sediakan semua yang mungkin diperlukan untuk perjalanan jauh dan sukar, disertai keharusan bermalam di tempat.Yang akan pergi kali ini 4 orang: saya, isteri, putra saya dan isterinya.Perlengkapan tidur berupa tikar dan bantal; perlengkapan makan dan dapur berupa wajan, panci dan beberapa buah kompor gas; bahan mentah seperti beras, minyak dan, bumbu; sejerikan air minum, sekrat limun dan jajanan mengisi kombi.Belum lagi persediaan nasi panas dan lauk pauk yang akan dimakan pada hari pertama! Seolah-olah isteri saya memindahkan rumah makannya ke dalam kombi!Pesawat radio-tape, alat pancing dan senapan untuk menembak burung tidak ketinggalan. Pokoknya, biar seminggu pun terasing kami tak akan kuatir!Begitulah pada tanggal 6 Mei 1980, hari Selasa pukul 08.30 kami berangkat dari Pacet. Putra saya yang mengemudi pada seluruh perjalanan ini.Karena itu saya dapat mencatat langsung pengalaman kami.Dengan santai kami melalui Cianjur, lalu singgah di Sukabumi untuk memenuhi tank bensin, karena selewat kota ini tidak ada lagi pompa bensin Pertamina ke Selatan, kecuali di Pelabuhan Ratu.Waktu berangkat sama sekali tidak ada kepastian tentang letak tempat dan jarak tempat tujuan kami. Kami hanya mengharap keterangan dari siapa saja nanti di perjalanan.Agar para pembaca memperoleh gambaran lebih jelas tentang perjalanan, sebaiknya dikemukakan beberapa angka mengenai jarak yang tidak kami ketahui dengan tepat sebelumnya.Jarak dari Bandung melalui Sukabumi, Waning Simpang, Kiaradua, Jampang Kulon, Surade sampai akhir jalan aspal di Cikarang 218 km. Setelah menyeberangi Sungai Cikarang dengan ponton, jalan terdiri dari batu atau tanah sejauh 16 km sampai pantai Pangayuban.Atau agar lebih mudah memperhitungkan, yang dapat membantu tiap calon pengunjung, saya sebut semua jaraknya dari Sukabumi; yaitu sampai Pangayuban: 136 km.