Intisari-Online.com -Cerita perjalanan sudah mendapat tempat sejak awal terbit Intisari. Ketika itu biaya perjalanan masih mahal, waktunya lama, dan daerah tujuan belum beraneka. sekarang, traveling lebih terjangkau, cepat, dan banyak pilihan tempat.
Berikut ini bagian pertama dari sebagian catatan dari kisah perjalanan pilihan mantan Pjs Pemimpin redaksi Intisari, Irawati, yang setelah purnakarya banyak menghabiskan waktu dengan melanglang.
--
Di edisi perdana, Agustus 1963, Soe Hok Djin (sekarang Arief Budiman) menulis tentang perjalanan ke Ubud. Pada edisi berikutnya, September 1963, tulisannya muncul lagi, kali itu tentang keindahan alam Ubud. Kedua artikel itu dihiasi ilustrasi sketsa karya Soe Hok Djin sendiri.
Soe Hok Djin, bersama temannya, waktu itu secara kebetulan bertemu dengan pelukis Arie Smit yang berjalan pulang ke rumahnya. Arie menyarankan mereka jalan terus ke puncak bukit untuk melihat keindahan yang terbagus di dunia.
Dalam perjalanan menanjak Hok Djin bertanya-tanya apakah Arie Smit tidak terlalu melebih-lebihkan, karena berapa bagusnya nanti pemandangan di puncak, dia hanya bukit ilalang.
Sampai di bukit tertinggi di puncak itu tiba- tiba terbentang lembah sungai besar yang mengalir dari dekat rumah Antonio Blanco. Lembah itu sangat lebar dan sangat dalam.
Sejauh mata memandang hanyalah tanah yang bergelombang. Semuanya berwarna kuning tua kehijau-hijauan dan warna ini betul-betul menimbulkan efek yang plastis sekali, tulis Hok Djien.
Saya bertanya-tanya, apakah pemandangan itu sekarang masih sama. Mungkin ditambah warna-warni villa, hotel, toko, dan restoran yang menjamur di mana-mana. (Majalah Intisari Edisi Khusus 50 Tahun, September 2013)